Jenis Bahan Pakan Ternak Dari Limbah Jamur Tiram, Sisa Media Tanam

Apa Itu Jamur? Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.

Cara Memanfaatkan Limbah media tanam jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Sebagai Pakan Ternak Sapi Kambing dan Domba

Beberapa jamur telah diuji coba oleh para peneliti diantaranya Coprinuscinereus, Pleuretus cajus, P. Florida, P. Ostreatus dan Volvariella volvaceae. Potensi perlakuan biologi dalam mendegradasi bahan lignoselulosik dalam skala laboratoris memberikan hasil yang cukup baik (Zadrasil, 1984), hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Alfan (1997) yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kecernaan pada serbuk gergaji kayu mahoni setelah diberi perlakuan biologi yaitu dengan menumbuhkan jamur Pleurotus florida kedalamnya.

Pakan Ternak Kambing, Sapi dan Domba dengan Limbah Media Tanam Jamur.

Limbah pertanian seperti jerami padi, jerami kacang tanah, pucuk tanaman tebu bahkan tebon sisa panen jagung sudah lama dimanfaatkan peternak sebagai bahan baku pakan ternaknya. Bahan baku pakan ternak juga bisa berasal dari limbah industri pertanian seperti ampas singkong atau onggok, ampas tahu, ampas barley, SBM dan juga DDGF. Dan ternyata selain limbah tersebut diatas, ada lagi sisa usaha pertanian yang bisa digunakan sebagai campuran bahan pakan ternak yaitu sisa media tanam jamur tiram.

Menurut Harahap (1987) selain rerumputan dan dedaunan maka limbah pertanian seperti jerami padi, jerami kacang tanah dan pucuk tebu juga merupakan pakan ternak ruminansia. Mikroba rumen akan mencerna selulosa dan hemiselulosa hingga terbentuk VFA (Volatile Fatty Acid) yang meliputi asam asetat, propionat dan butirat, disamping itu juga dihasilkan isobutirat, isovalerat, n-valerat dan laktat dalam jumlah sedikit. VFA merupakan sumber energi utama bagi ternak (Soebarinoto, dkk 1991).


Jamur Tiram
Jamur tiram adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Herawati, dkk (1987) dan Tillman, dkk (1991) menyatakan bahwa selulosa dan hemiselulosa yang terdapat pada sebagian besar limbah pertanian seperti jerami, keberadaannya terikat dengan lignin dan membentuk ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa yang tidak dapat dicerna oleh mikroba rumen. Ketidak mampuan mikroba dalam mencerna lignin disebabkan terbentuknya ikatan hidrogen pada sisi kritis sehingga membatasi aktivitas enzim selulase. Oleh karena itu diperlukan adanya perlakuan khusus yang mampu merenggangkan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa.

Beberapa jamur telah diuji coba oleh para peneliti diantaranya Coprinuscinereus, Pleuretus cajus, P. Florida, P. Ostreatus dan Volvariella volvaceae. Potensi perlakuan biologi dalam mendegradasi bahan lignoselulosik dalam skala laboratoris memberikan hasil yang cukup baik (Zadrasil, 1984), hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Alfan (1997) yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kecernaan pada serbuk gergaji kayu mahoni setelah diberi perlakuan biologi yaitu dengan menumbuhkan jamur Pleurotus florida kedalamnya.

Kenaikan kecernaan pada serbuk gergajian kayu sisa biakan jamur diduga karena senyawa komplek lignoselulosa dan lignohemiselulosa sudah mengalami penguraianmenjadi senyawa yang lebih sederhana atau yang mudah terurai oleh adanya aktivitas kimia atau enzim yang dikeluarkan oleh jamur dan dengan adanya penguraian tersebut berarti membantu mikroba rumen untuk mencernanya (Alfan,1997).

Degradasi selulosa dalam rumen memerlukan kontak langsung antara substrat dengan enzim selulase yang dihasilkan mikroba, hal ini sangat ditentukan oleh luas permukaan bahan selulosik terhadap enzim. Soejono (1990) menyatakan bahwa penggilingan merupakan salah satu upaya untuk memperbesar permukaan bahan selulosik.

Chesson and Oskov (1984) menyatakan bahwa alkali kuat mungkin dapat memecahkan ikatan dalam molekul lignin sehingga akan mengurangi besar molekulnya. Selain itu pengaruh ini dapat menyebabkan ikatan lignin dan hemiselulosa menjadi lemah dan selanjutnya melarutkan hemiselulosa karena penetrasi enzim mikroba lebih besar terhadap kecernaan karbohidrat.

Daftar Pustaka

Alfan. F, 1997. Penggunaan Jamur Pleurotus florida Untuk Meningkatkan Nilai Nutrisi Serbuk Gergaji Kayu Mahoni (Swietenia 26ahogany). Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Chesson, A. and E. R., Orskov. 1984. Microbial Degradation in The Digestive Tract.In: Straw and Other Fibrous By Products as feed. Pp: 305-339. Editors: F.Sundst Ø1 abd E. Owen (Elseveir. Amsterdam-Oksford-NewYork-Tokyo).

Harahap, N. 1987. Pelaksanaan Pengolahan Dan Pemanfaatan Jerami Padi didaerah. Proceedings of Bioconvertion Project Second Workshop on CropResidues for Feed and Other Purpose. Grati16-17 Nopember.

Herawati, R., M, Soejono,. dan P.Soemitro. 2000. Pengaruh Urea Amoniasi Jerami Padi Terhadap Kadar Protein Kasar, Serat dan Kecernaan in-vitro Varietas padi di Yogyakarta. Proceedings of Bioconfertion Project Second Workshop onCrop Residues for Feed and Other Purpose. Grati16-17 Nopember.

Tillman, D.A., Hartadi H., Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Zadrasil, F. 1984. Microbial Conversion of Lignocellulose Into Feed In: straw and Other Fibrous By- Product as Feed. Pp: 276-292 editors F. SundstØ1 and E.Owen (Elsevier. Amsterdam-Oxford-NewYork-Tokyo


Blog, Updated at: 02:04:00