DIHADANG PREMAN
"Ada apa Sarah?"
Sebenarnya Sarah mau meminta Bryan untuk balik lagi ke Mall Alexander, tetapi karena tadi Bryan ngebut, jarak ke sana sudah cukup jauh.
"Ke Mall Rocky didepan itu Bryan."
"OK"
Bryan segera melajukan mobilnya menuju Mall Rocky. Mall ini tidak sebesar Mall Alexander, meskipun demikian, mall ini juga menjual barang-barang branded yang harganya mahal.
Setelah memarkirkan mobil, Sarah dan Bryan langsung masuk mall dan naik lift menuju lantai 4.
Lantai empat dipenuhi dengan stand fashion dari berbagai merek terkenal.
Sarah berjalan cepat menuju ke sebuah toko yang mengkhususkan menjual aneka produk fashion khusus pria. Merk-merk kemeja, celana dan kaos dari brand terkenal ada di toko ini.
"Bryan, kamu pilih dua stel kemeja dan celana, terserah mau yang mana."
" Buat siapa?"
"Ya buat kamu, masak aku mau pakai baju pria!"
Sarah membanting-banting kakinya karena sebel dengan Bryan yang dia anggap terlalu banyak tanya. Padahal menurut Bryan, sangat wajar dia bertanya. Bryan masih dalam mode bingung karena tahu-tahu suruh milih baju.
"Buat aku?"
Bryan kembali bertanya untuk meyakinkan dirinya.
"Iya! Lemot banget sih!"
Bryan garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal cuma agak pening karena terlalu sering dibuat kaget oleh Sarah.
Bryan akhirnya mengalah dan tidak mau berdebat lagi. Dia mulai melihat-lihat kemeja dan celana panjang yang ada didisplay.
"Harga satu kemeja saja sudah menghabiskan setengah bulan gajiku, jika plus celana? Bisa gak makan aku sebulan." Bryan membatin setelah melihat bandrol harganya.
Tenggorokan Bryan yang dari tadi sudah kering, mendadak jadi tandus.
"Nanti Sarah yang bayar kan?"
"Bryaaan!!" Sarah berteriak dengan kesal.
"I...iya aku pilih, jangan marah dong."
Bryan pun segera memilih dua pasang setelan kemeja plus celana panjang. Dia tidak mau melihat harganya sama sekali. Bryan takut tambah stress jika tahu harga kemeja yang dia ambil.
"Bodo amatlah berapa harganya, yang penting sudah ada yang siap mbayarin." Batin Bryan.
Dibawanya dua pasang kemeja dan celana ke kasir, matanya mencari Sarah kesana kemari, dilihatnya Sarah sedang memilih kaos oblong.
"Sebentar ya, bayarnya sekalian tunggu Nona yang sedang memilih kaos itu." Kata Bryan pada kasir.
"Baik tuan."
Kasir toko baju ini, sedikit banyak tahu tentang baju-baju bermerk, awalnya dia meremehkan Bryan yang cuma pakai baju biasa yang harganya mungkin cuma seratusan ribu.
"Orang miskin saja sok-sokan mau beli baju mahal." Pikir si kasir.
Tetapi pikiran si kasir langsung menguap saat melihat penampilan Sarah.
"Tambah dua kaos ini sekalian."
Sarah membawa dua buah kaos dengan ukuran jumbo dan menyerahkannya ke kasir. Kemudian dia menyerahkan debit cardnya yang segera diproses oleh kasir untuk menyelesaikan pembayaran.
"Terima kasih sudah berbelanja nona."
Kasir menyerahkan kartu debit Sarah dan dua buah paper bag yang segera diambil oleh Bryan.
Tanpa bicara apa-apa, Sarah berjalan menuju eskalator untuk naik ke lantai 5 yang dipenuhi dengan stand kuliner.
"Kita makan dulu." Kata Sarah sambil mencari tempat duduk.
"Kamu mau pesan apa?"
"Terserah Sarah, aku gak menolak makanan jenis apapun."
"Pelayan!"
Sarah memesan dua porsi Spaghetti bolognese, makanan yang paling digemarinya, dia juga memesan satu porsi garlic bread.
Spaghetti bolognese sendiri adalah sajian pasta khas Italia dengan tambahan saus dari pasta tomat, daging sapi cincang, dan bumbu lainnya.
Rasa pasta bolognese asam segar sekaligus gurih, terkadang ditambahkan keju parmesan untuk memperkuat cita rasanya.
"Minumnya apa Nona?"
"Byan, kamu mau minum apa?"
"Air mineral." Jawab Bryan, minuman terfavorit bagi Bryan adalah air putih, dari dulu hingga kini.
Dia sama sekali tidak menyukai jenis-jenis minuman yang menurutnya aneh-aneh, apalagi yang terlalu manis.
"Dua air mineral dan satu leci squash."
"Baik Nona, mohon tunggu sekitar 30 menit." Kata pelayan sambil meninggalkan meja tempat Bryan dan Sarah.
Sambil menunggu pesanan mereka berdua cuma diam dan asik memainkan gadget masing-masing.
"Sarah?" "Bryan?"
Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dan perempuan hampir berbarengan. Otomatis, merasa namanya dipanggil, Bryan dan Sarah langsung menengok ke arah datangnya suara.
"Nora!" Seru Sarah dengan ekspresi sumringah melihat sahabatnya.
Sedangkan Bryan yang melihat Scott, sahabatnya, jalan bareng bersama temannya Sarah, hanya mengerutkan keningnya.
"Nora, ayo gabung sekalian, kamu kesini pasti juga mau makan!"
"Iya Sarah."
"Bro, tumben jadi pendiam?"
Scott kembali menyapa Bryan karena penasaran tidak disapa balik oleh sohibnya itu. Scott langsung duduk disamping Bryan.
Bryan mengabaikan pertanyaan Scott dan malah balik bertanya.
"Bukannya hari ini kamu ada jadwal konsultasi dengan dosen pembimbingmu?" Tanya Rangga dengan mimik wajah serius.
Dia paling tidak suka jika Scott sampai meremehkan urusan skripsinya karena dia tahu kondisi keuangan keluarga Scott.
"Jangan marah dulu Bro, Konsulnya diundur besok pagi."
Akhirnya Scott menyadari mengapa Bryan terlihat tidak suka melihatnya ada di mall ini. Sahabatnya itu memang sudah seringkali mengingatkannya agar lebih serius menyelesaikan skripsinya.
"Halo, nona cantik, kita ketemu lagi." Sapa Scott pada Sarah.
"Gak usah sok akrab!" Seru Sarah jutek.
Entah mengapa setiap bertemu Scott, bawaan Sarah selalu jutek. Sarah menganggap Scott laki-laki yang terlalu ceriwis alias cerewet.
"Maaf! Masa ditanya kayak gitu saja marah."
"Makanya diam kalau gak ingin dimarahi!"
Akhirnya Scott memilih diam dan mengalah, dia memang paling tidak bisa jika disuruh debat dengan kaum hawa. Scott selalu menghargai wanita, seperti dia sangat menghargai ibunya.
"Kamu kok gak ngabari aku kalau mau jalan-jalan ke mall, Nora?" Tanya Sarah.
"Sebenarnya aku memang gak ada rencana kemana-mana hari ini, Sarah."
"Terus?"
"Tadi pagi aku nyariin gaun yang sudah kusiapkan untuk pesta dies kampus, ternyata di gaun itu ada noda hitam sebesar telur, nggak tahu noda dari mana."
Nora berhenti sejenak mengatur nafas.
"Terus?"
"Aku coba bersihkan dengan segala macam cara dan gagal semua, jadi disinilah sekarang aku, terpaksa membeli gaun baru."
"Terus, kok bisa kamu bareng manusia ceriwis ini, gimana ceritanya."
Scott yang ikut mendengar Sarah menyebutnya manusia ceriwis, hanya mengelus dadanya.
"Cuma kebetulan ketemu tadi waktu sama-sama ditoko pakaian."
Nora menjelaskan kronologi dia bertemu dengan Scott, karena sama-sama lapar, setelah beli baju mereka berdua memutuskan untuk makan dulu sebelum pulang.
"Lha kamu sendiri kok bisa barengan sama dia? Siapa namanya tadi?"
Nora balik bertanya pada Sarah. Mendengar pertanyaan Nora, Scott juga jadi sangat kepo. Soalnya pertanyaan Nora sama dengan pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Bryan.
"Bryan maksudmu? Dia kebetulan baru diterima kerja sama Papa, karena kebetulan kerjaannya masih sedikit, Bryan disuruh Papa antar aku ke Mall untuk beli gaun."
Sarah agak sedikit berbohong pada Nora, karena dia sudah meminta Bryan untuk jadi pacarnya maka Sarah tidak memberi tahu Nora jika Bryan adalah sopir pribadinya.
Nora mengangguk-anggukan kepalanya tanda puas dengan jawaban Sarah.
Sementara Scott, sudah bisa menebak jika saat ini Bryan sedang bekerja sebagai sopir pribadi, dan ternyata Sarahlah yang menjadi majikannya.
"Ooo, ternyata seperti itu ceritanya." Gumam Scott tanpa sadar.
"Hei! Kamu nguping ya? Selain ceriwis ternyata kamu juga suka nguping ya?" Sarah menegur Scott.
"Sudahlah Sarah, jangan marahin dia terus, lihat badanya yang kurus, bisa tambah kerempeng nanti."
Kata Nora sambil bercanda untuk menengahi suasana kaku antara Sarah dan Scott.
Scott merasa sangat bahagia dan kegeeran karena merasa sedang dibela oleh Nora.
"Bro, jadi lowongan sopir waktu itu untuk menjadi sopirnya Sarah?" Ucap Scott berbisik pelan ditelinga Bryan.
"Sekarang aku bener-bener nyesel kenapa aku kasih ke kamu lowongan itu." Bisik Scott lagi.
"Emang Sarahnya mau kamu sopirin?" Bryan berkata pelan ditelinga Scott.
"Sialan lu Bro!" Gerutu Scott.
"Kalian berdua, ngapain bisik-bisik? Lagi jelek-jelekin kami ya."
"Bukan Sarah, lagi ngomongin kerjaan, kami bisik-bisik biar gak ganggu kalian ngobrol. Suer! Aku gak bohong."
Bryan memang tidak berbohong, karena tadi Scott bisik-bisiknya masalah lowongan kerja jadi sopir pribadi.
Akhirnya pesanan mereka datang, Scott dan Nora ternyata sudah pesan duluan sebelum mencari tempat duduk dan ketemu Bryan dan Sarah.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah ada diparkiran mobil.
"Kita pulang barengan saja Nora, rumah kamu kan searah."
"Ok." Jawab Nora senang.
"Scott kamu mau ikut bareng?" Tanya Nora.
Scott diam saja, dia merasa malu untuk pulang bareng karena Sarah tidak menawarinya.
"Gak usah sok sungkan gitu, kalau mau ikut, ya ikut saja."
Sarah akhirnya buka mulut, gak tega juga dia melihat Scott yang diam saja.
"Ayo masuk!" Seru Bryan langsung duduk dibelakang kemudi.
Scott menunggu Sarah dan Nora masuk mobil terlebih dahulu karena dia bingung mau duduk dimana, khawatir disalahkan lagi sama Sarah.
Ternyata Sarah duduk ditengah bareng Nora. Akhirnya Scott membuka pintu mobil depan dan duduk disebelah Bryan.
Bryan langsung melajukan mobilnya menuju jalan raya.
Baru berjalan 15 menit, tiba-tiba Bryan menghentikan mobilnya secara mendadak. Aksi Bryan ini membuat seluruh penumpang shock.
"Ada apa Bryan?" Tanya Sarah setelah lepas dari rasa kagetnya.
"Ada pemotor yang memotong jalur, itu didepan, menghadang mobil kita." Kata Bryan sambil melihat ke spion mobil sebelah kiri dan spion tengah diatas dashboard.
Pemotor berboncengan yang menghalangi jalan mobil turun dan langsung menuju mobil mereka. Tampak satu orang membawa senjata tajam serupa pisau komando dan seorang lagi membawa pemukul bisbol.
Wajah Sarah dan Nora sudah pucat karena ketakutan. Sementara Bryan dan Scott tampak biasa saja.
"Scott kamu tunggu dimobil, jaga Sarah dan Nora, Aku akan turun."
"Ok, tidak masalah." Jawab Scott santai.
"Hati-hati Bryan." Seru Sarah.