Beberapa Cara Pembuatan Fermentasi Jerami dan Cara Pemberiannya Pada Ternak Sebagai Antisipasi Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Saat Musim Kemarau
Fermentasi Jerami. Pemenuhan kebutuhan hijauan pakan ternak saat musim kemarau sering terkendala sulitnya mencari hijauan segar untuk pakan ternak. Keterbatasan air saat musim kemarau menjadikan hijauan terbatas karena sulit tumbuh.
Sementara itu disisi lain ketersediaan jerami padi melimpah saat menjelang kemarau karena biasanya saat tersebut jatuh panen raya padi sawah.
Salah satu cara antisipasi untuk pengadaan hijauan saat musim kemarau adalah dengan memanfaatkan jerami, tetapi karena jerami masih miskin nutrisi maka perlu diolah lebih dahulu agar lebih baik kandungan gizinya.
Salah satu pengolahan jerami yang layak untuk dicoba dan dilakukan adalah dengan Fermentasi Jerami.
Berikut ini adalah contoh-contoh pembuatan Jerami Fermentasi, jika ingin mencobanya silahkan pilih contoh yang mana saja yang dianggap paling mudah atau pilih sesuai selera, semoga bermanfaat.
Contoh I : Proses Pembuatan Jerami Fermentasi
Bahan-bahan dan peralatan:
- 1 ton jerami padi ,yang sudah kering
- 20-25 Lt Molases/Gula pasir yg dilarutkan
- Probiotik / EM4
250-300 Lt. : Air untuk melarutkan probiotik dan molases /15 Lt untuk jerami basah.
- Terpal/Plastik/Gelaran.
- Alat pemotong sabit atau sejenisnya atau bisa menggunakan mesin pencacah jerami.
- Ember atau timba, gembor, terpal plastik atau karung plastik
Cara membuat fermentasi jerami:
- Bahan-bahan kering yang telah ada dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 25 cm ditumpuk
Sediakan Terpal/Plastik/Gelaran
Larutkan bahan diatas tadi menjadi satu sesuai dengan perbandingannya,lalu siapkan terpal plastik untuk alas mencampur antara jerami dengan campuran probiotik/Em4, Molase dan air.
Jerami padi yang sudah dipotong ditaruh di atas terpal sedikit demi sedikit sambil disiram larutan air tetes dan starbio sesuai perbandingan di atas sampai merata dan jerami kelihatan basah.
Setelah jarami benar-benar telah disiram rata dengan larutan tersebut, jerami ditutup ke dalam Terpal/Plastik/Gelaran sedikit demi sedikit sambil dimampatkan/diinjak-injak supaya padat.
Setelah mampat (padat) silo ditutup hingga rapat betul
Cara Pemakaian Jerami Fermentasi
Setelah 7 hari jerami tersebut baru dapat mulai diberikan pada ternak kambing sesuai dengan kebutuhan dan selama bahan tersebut belum habis setelah mengambil bahan dari tempat penyimpanan supaya ditutup kembali dengan rapat, terhindar dari genangan air, terhindar dari terik matahari dan air hujan.
Contoh II Proses Pembuatan Jerami Fermentasi
Pembuatan fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Dimana untuk kapasitas 10 ton dapat dibuat bangunan dengan ukuran 4 x 5 m.
Lantai dasar dapat dibuat dari semen atau tanah yang dipadatkan dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa didinding. Bahan bangunan menggunakan kayu atau bambu. Untuk atap dapat berupa seng atau bahan yang tersedia di tempat. Jarak lantai ke atap 3 m.
Proses fermentasi dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap fermentasi dan pengeringan
Tahap pertama
- Jerami padi yang baru dipanen dengan kadar air 65% dipotong-potong sepanjang 10-15 cm.
- Kemudian ditumpuk ditempat yang telah disediakan dengan ketinggian 20 cm.
- Taburi urea dan probiotik secara merata dengan takaran masing-masing 5 kg untuk setiap 1 ton jerami padi.
- Tambahkan lagi timbunan jerami padi setebal 20 cm lalu taburi lagi urea dan probiotik secara merata, demikian seterusnya sampai tumpukan jerami padi mencapai 1-2 m.
- Diamkan selama 21 hari, agar proses fermentasi berlangsung secara sempurna
Tahap kedua:
Tumpukan jerami padi yang telah mengalami proses fermentasi, dikeringkan disinar matahari dan diangin-anginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada tempat terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.
Setelah kering jerami fermentasi dapat diberikan kepada sapi sebagai pakan pengganti rumput segar
Hasil fermentasi jerami yang baik ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut
Baunya agak harum
Warnanya kuning agak kecoklatan ( warna dasar jerami masih nampak kelihatan.
Teksturnya lemas(tidak kaku)
Tidak busuk dan tidak berjamur
Pemberian pada Ternak
Jerami padi yang difermentasi dijadikan sebagai pakan berserat utama untuk ternak sapi, diberikan sebanyak 6-8 kg/ekor/hari.
Sedangkan pakan konsentrat diberikan sebanyak 1 % dari berat badan Formula ransum pakan konsentrat dapat disesuaikan dengan bahan yang ada ditempat, salah satu contoh formula ransum pakan konsentrat adalah 2 bagian dedak, 1 bagian jagung dan 1 bagian bungkil kelapa dan ditambahkan vitamin mineral sebanyak 1 kg untuk setiap 100 kg pakan konsentrat.
Contoh Pembuatan Jerami Fermentasi III:
Proses Pembuatan Jerami Padi Fermentasi
Pembuatan jerami padi fermentasi dengan sistem terbuka. Proses fermentasi terbuka dilakukan pada tempat terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 ton jerami fermentasi adalah : 1 ton jerami padi segar, Probion (probiotik) 2,5 kg, Urea 2,5 kg, dan air secukupnya.
Cara Pembuatan :
Proses pembuatan dibagi dua tahap, yaitu tahap fermentatif dan pengeringan serta penyimpanan. Pada tahap pertama, jerami padi yang baru dipanen dari swah dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan, dan diharapkan masih mempunyai kandungan air 60%.
Jerami padi segar yang akan dibuat menjadi jerami padi fermentasi ditimbun dengan ketebalan kurang lebih 20 cm kemudian ditaburi dengan Probion dan urea. Tumpukan jerami tersebut dapat dilakukan hingga ketinggian sekitar 3 meter. Setelah pencampuran dilakukan secara merata, kemudian didiamkan selama 21 hari agar proses fermentatif dapat berlangsung dengan baik.
Tahap kedua adalah proses pengeringan dan penyimpanan jerami padi fermentasi. Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada tempat yang terlindung. Setelah proses pengeringan ini, maka jerami padi fermentasi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.
Contoh IV: Cara dan Proses Pembuatan Jerami Fermentasi Ala BPPT Jawa Barat:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Pemanfaatan utama areal persawahan adalah untuk menghasilkan komoditi pangan terutama tanaman padi. Daya dukung tanaman padi sebagai sumber bahan baku pakan ternak cukup besar. Beberapa limbah yang dikeluarkan dari usaha tanaman padi diantaranya jerami yang besarnya mencapai 100% dari produksi gabah, bekatul 1,5%, dedak kasar 4% dan dedak halus 2,5% dan sekam 24%.
Limbah yang dihasilkan dari tanaman padi dapat digunakan secara keseluruhan. Jerami dapat digunakan sebagai pupuk atau pakan ternak, sekam untuk litter, dedak dan bekatul untuk pakan ternak dan merang sebagai media pertumbuhan jamur. Jerami melalui teknologi pengolahan yang tepat dapat menjadi sumber pakan yang berlimpah bagi ternak.
Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah.
Nilai manfaat jerami padi sebagai bahan pakan ternak dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu dengan mengoptimumkan lingkungan saluran pencernaan atau dengan meningkatkan nilai nutrisi jerami. Optimasi lingkungan saluran pencernaan terutama rumen, dapat dilakukan dengan pemberian bahan pakan suplemen yang mampu memicu pertumbuhan mikroba rumen pencerna serat seperti bahan pakan sumber protein.
Cara fermentasi jerami yang dilakukan oleh BPTP Jawa Barat adalah melalui proses anaerob (tanpa membutuhkan udara) dengan memanfaatkan campuran beberapa bakteri seperti: Mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik dan lipolitik.
Bahan dan alat yang digunakan cukup sederhana yaitu: 2 buah drum plastik bervolume 60-80 liter, pompa/motor sirkulasi 1 unit, selang/paralon secukupnya. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu:
Formula I: jamur Trichoderma sp (1 liter), air bersih (100 liter), pupuk Za (1,5 kg), TSP (6 ons), KCl (6 ons), tepung beras (1 kg), dan Gula merah/pasir/tetes (2 kg).
Formula II: jamur Trichoderma sp (1 liter), air bersih (60 liter), pupuk Za (1kg), TSP (1kg), KCl (1kg), tepung beras (1kg), Gula merah/pasir/tetes (3kg), dan mineral (2 bungkus).
Selama proses pembuatan perlu ada langkah pengaktifan yaitu dengan pengadukan larutan selama 3 hari sampai menjadi rata. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jerami fermentasi adalah (1) tumpukan jerami tidak kena hujan, bahan tidak terlalu basah; (2) pisahkan sesuai varietas dan kondisi jerami (segar, layu atau kering); (3) fermentasi jerami segar dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan starter : air : jerami = 1:100 pada setiap lapisan dengan perbandingan 1:10:100 untuk jerami yang sudah layu, perbandingan 1:20:100 untuk jerami kering dan apabila jerami dalam keadaan basah cukup dilakukan dengan menggunakan perbandingan 1:5:100.
Susunlah jerami mentah ditempat yang sudah disediakan dengan tebal setiap hamparan 20-30 cm. Lebar dan panjang hamparan sesuai dengan kebutuhan. Tinggi atau tebal lapisan dapat mencapai 2,5 meter dari dasar tumpukan. Kemudian simpan ditempat yang teduh dan tidak kena hujan.
Lama fermentasi lebih kurang 21 hari. Proses fermentasi jerami dapat berjalan dengan baik ditandai pada tumpukan jerami tidak terbentuk panas atau keluar asap. Keadaan bahan yang terlalu basah atau terkena air hujan maka akan terjadi pembusukan jerami akhirnya timbulah panas yang menyebabkan hasil yang diperoleh tidak menjadi baik. Jerami fermentasi yang baik ciri-cirinya: Bentuk jerami masih nampak segar tetapi texturnya sudah lunak dan warnanya ke-kuning-kuningan.
Penyimpanan jerami fermentasi: dapat dilakukan dengan cara tertutup dan terbukan. Cara terbukan yaitu sebelum disimpan Jerami fermentasi harus dikering anginkan terlebih dahulu agar selama penyimpanan tidak tumbuh jamur yang dapat merusak kualitas jerami yang sudah dihasilkan. Lama penyimpanan hampir sama yaitu: dapat mencapai 2 tahun atau dapat disesuaikan dengan kondisi fisiknya. Sedangkan cara terbuka dilakukan dengan cara:
(a) Buat satu tonggak bambu setinggi lebih kurang 6 meter, sebagai tonggak penguat tumpukan jerami;
(b) Buat alas yang terbuat dari tepas bambu yang diberi jarak sedikit dari permukaan tanah; dan
(c). Susun Jerami di atas alas secara melingkari tiang tonggak sampai terbentuk suatu lapisan melingkar. Kemudian menyusun lapisan berikutnya dengan arah yang berlawanan.
Tebal lapisan masing-masing lebih kurang 30 cm, demikian selanjutnya sehingga diperoleh ketinggian lebih kurang 6 meter.
Lama penyimpanan yang ideal 1 tahun. Pemberian pakan jerami diberikan dalam bentuk aslinya tanpa mengadakan pascapanen sekunder seperti pengepresan dan lain-lain. Waktu pemberian cukup 2 kali sehari dengan dosis sesuai dengan umur sapi. Untuk umur sapi 1-2 tahun diberikan jerami 5 kg/ekor, umur sapi 3 tahun diberikan 8 kg/ekor, dan umur sapi 4 atau lebih diberikan 9 kg/ekor.
Untuk melengkapi kandungan gizi pakan sapi penggemukan perlu dilakukan pemberian makanan tambahan berupa tongkol/biji jagung fermentasi sebanyak 1 kg, dan 4 kg bekatul.
Pada waktu musim kemarau atau tidak cukup persediaan pakan, dapat diberikan hijauan sebanyak 25% saja sedangkan lainnya dengan memberikan jerami fermentasi. Pemberian pakan ini cukup mendukung pertumbuhan sapi dengan baik.
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
(Diolah dari berbagai sumber) .