KAMU MEMANG CANTIK, SARAH!
Pukul 07.00 tepat, Bryan sudah standby dirumah Tuan Wilson Smith. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja sebagai sopir pribadi.
Sebenarnya Bryan sudah datang sebelum jam tujuh tetapi dia memilih nongkrong di pos satpam.
Tugas pertama hari ini adalah mengantar putri tuan Smith yang entah mau kemana.
Sarah sebenarnya belum tahu jika papanya sudah mendapatkan sopir baru lagi, jadi dia begitu semangat hari ini karena bisa bebas pergi sendirian.
"Sarah berangkat Pa."
Sarah berjalan santai keluar dari rumah, tetapi langkahnya langsung terhenti saat diteras dia melihat Bryan sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
Merasa ada yang memperhatikan, Bryan mengangkat kepalanya.
"Kamu...?"
Hampir bersamaan Bryan dan Sarah berseru kaget.
"Kamu ngapain disini? Mau bertemu Papa?"
Sarah bertanya asal, dia masih agak terkejut.
"Jadi kamu putri Tuan Wilson? Berarti nama kamu Sarah?"
Bryan mengabaikan pertanyaan Sarah dan malah balik bertanya.
"Benar, kamu belum jawab pertanyaanku, ngapain kerumahku?"
"Aku kesini untuk bekerja." Jawab Bryan pendek. Bryan menduga jika tuan Wilson belum memberitahu Sarah jika ia adalah sopir pribadinya.
"Iya Sarah, mulai hari ini Bryan bekerja pada Papa."
Tiba-tiba terdengar suara tuan Wilson.
"Ooo begitu, kerja apaan Pa?" Tanya Sarah.
"Sebagai sopir pribadimu."
"Apaa!! Papa ngapain nyari sopir lagi, Sarah gak mau!"
Sarah membanting kakinya dengan kesal ketika tahu jika Papanya ternyata mencari sopir lagi untuknya.
"Pergi pakai sopir atau dirumah saja."
Tuan Wilson memberi dua pilihan pada putrinya. Dua-duanya pilihan yang menyebalkan menurut Sarah.
"Papa gak asyik."
Sambil menggerutu, Sarah berjalan menuju tempat parkir mobil.
Melihat putrinya yang cemberut dan uring-uringan, tuan Wilson cuma tersenyum.
"Bryan, kupercayakan putriku, jangan kecewakan aku."
"Siap Tuan."
Bryan segera berjalan mengikuti Sarah. Karena langkah Bryan yang lebar dia lebih dulu sampai di mobil Sarah.
"Nona, tolong kunci kontak mobilnya."
Bryan berkata sambil mengulurkan tangannya kearah Sarah. Dengan ogah-ogahan Sarah melempar kunci kontaknya pada Bryan.
Bryan menangkap kunci mobil sambil tersenyum. "Ternyata meski sedang cemberut, putri tuan Wilson tetap saja cantik." Batin Bryan.
"Ngapain senyum-senyum, kamu pikir aku pelawak?"
Sarah sewot melihat Bryan tersenyum saat melihatnya.
"Senyum itu ibadah Nona, juga bisa menentramkan hati."
Sempat-sempatnya Bryan malah menggoda Sarah. Bryan segera masuk kemobil dan duduk dibelakang kemudi. Sarah juga langsung duduk dikursi penumpang dengan wajah juteknya.
"Udah! Gak usah khotbah, cepetan jalankan mobilnya!"
"Siap Nona Cantik!"
Entah darimana datangnya keberanian Bryan untuk terus menggoda Sarah. Mungkin juga karena Sarah mahasiswi baru dikampus tempat Bryan kuliah, jadi serasa teman.
"Jangan kurang ajar."
Meski mulutnya berkata ketus, tetapi dalam hatinya Sarah merasa senang, siapa gadis yang gak senang dibilang cantik? Apalagi yang ngomong Bryan yang sebenarnya sudah menarik perhatiannya gara-gara menggeber motor dengan kecepatan tinggi.
Selain berwajah tampan, perawakan Bryan juga cukup tinggi, 185 Cm. Kelemahan dia cuma satu, duitnya pas-pasan.
"Kamu memang cantik, Nona Sarah, jadi perkataan saya itu jujur, bukan karena kurang ajar."
Sarah diam saja mendengar ucapan Bryan.
Diam-diam Sarah membandingkan Bryan dengan sopir yang dipekerjakan papanya sebelum Bryan.
Sopir yang pertama orangnya pendiam dan akan gugup saat dibentak Sarah. Dan untuk membuatnya tidak betah, hampir tiap hari Sarah membentaknya.
Akhirnya setelah seminggu bekerja, sopir tersebut tobat, mengundurkan diri dan sepertinya dia benar-benar trauma dengan perlakuan Sarah.
Sopir kedua lebih parah, baru dibentak Sarah selama dua hari, langsung kabur tanpa kabar berita.
Saat mengingat kedua sopir tersebut sebenarnya Sarah merasa sedikit bersalah telah mengerjai mereka.
Sarah juga berencana membuat Bryan gak kerasan dengan sikap jutek dan terus membentaknya, tetapi melihat gaya Bryan yang seperti ini, Sarah pesimis bisa membuat Bryan gak kerasan jadi sopirnya.
"Kita akan kemana Non Sarah?"
"Nan non, nan non, bisa gak panggil nama saja, aku bukan orang yang gila hormat."
"Siap non eh, siap Sarah! Kita mau kemana."
"Mall Alexander."
"OK"
Bryan segera melajukan mobilnya kebih kencang, bahkan melebihi kecepatan maksimum dijalan raya.
Sarah yang dibawa ngebut malah terlihat menikmati. Sarah menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan rileks.
Melihat Sarah diam saja, Bryan tambah semangat memacu mobilnya sehingga sebentar saja mereka telah sampai di Mall Alexander.
Mall Alexander, adalah mall terbesar di kota Rhodeast. Sedangkan Rhodeast adalah ibu kota Propinsi East Island.
Mall ini milik Grup Alexander yang merupakan holding perusahaan terbesar di kota Rhodeast.
Setelah memarkirkan kendaraan, Bryan berinisiatif membukakan pintu untuk Sarah. Tindakan ini langsung mendapatkan simpati dari Sarah.
Sarah yang dari tadi sudah kagum dengan cara berkendara Bryan, sekarang tambah menyukai sikap Bryan.
Sarah langsung berjalan menuju mall, sejenak kemudian dia berhenti dan menengok ke arah Bryan yang hanya berdiri disamping mobil sambil memutar-mutar memainkan kunci kontak.
"Ngapain kamu disitu?" Seru Sarah.
"Aku tunggu kamu disini, selamat berbelanja." Kata Bryan.
"Siapa suruh kamu nunggu disitu, kamu ikuti aku, cepetan!" Teriak Sarah gak sabaran.
"Aku cuma sopirmu Sarah, bukan pengawalmu yang harus mengikutimu kemana saja."
Bryan sengaja menggoda Sarah, dalam kontrak selain sebagai sopir pribadi, dia juga harus mengikuti Sarah, mengawasi dan menjaga keamanannya. Makanya gajinya lumayan gede.
"Kalau kamu gak mau ikut, aku telpon Papa, biar kamu dipecat!"
Sarah segera saja langsung ambil Hp di tasnya. Melihat itu Bryan buru-buru berlari ke arah Sarah.
"Berabe kalau sampai dipecat, bisa gak kelar skripsi gue." Batin Bryan.
Sampai didekat Sarah, Bryan langsung saja minta maaf, dia benar-benar khawatir kalau sampai Sarah meminta tuan Wilson untuk memecatnya.
"Makanya jangan ngelunjak."
Sarah sebenarnya kaget juga melihat perubahan ekspresi muka Bryan yang tampak begitu khawatir saat dia akan menelepon Papanya.
"Oo, ternyata itu kelemahannya, dia takut dipecat papa, he..he." Batin Sarah begitu bahagia seperti baru saja memenangkan lotere, mengetahui bahwa Bryan begitu takutnya. Dia mencatat hal ini dalam hatinya. Bahkan catatanya dia kasih huruf kapital dan garis bawah, he..he.he.
"Aku tahu semua isi kontrak yang Papa buat karena akulah yang meminta Papa menambahkan syarat-syarat tertentu, termasuk kewajiban kamu mengikuti aku kemanapun jika kuminta."
"Iya maaf Sarah, tadi aku cuma bergurau, suer! Maaf ya, please?"
Dengan gaya seorang yang sangat menderita, Bryan kembali meminta maaf.
"Makanya jangan macam-macam! Kulaporin Papa, End kamu!" Ucap Sarah dengan aksi sok galaknya, padahal dalam hati dia ingin tertawa ngakak melihat aksi memelas Bryan.
Bryan berjalan mengikuti langkah Sarah yang anggun memasuki mall.
Hari ini Sarah ingin membeli gaun untuk pesta. Pesta yang akan diadakan dikampus karena minggu depan adalah Perayaan Dies Natalis Kampus yang ke Sembilan belas tahun.
Tiap tahun acara Dies natalis memang selalu diadakan. Bryan tahu itu, tetapi dia tidak pernah peduli. Dia menghadiri perayaan Dies dengan baju seadanya yang dia miliki.
Bagi Sarah ini adalah perayaan dies natalis kampus yang pertama, dia ingin tampil maksimal.
Sarah langsung menuju lantai tiga karena disanalah letak butik-butik yang memajang gaun branded. Harganya? Bisa untuk membayar gaji Bryan selama satu tahun!
Sarah sebenarnya jarang sekali beli gaun mewah, dia lebih senang beli baju casual yang praktis dan nyaman dipakai.
Sarah asal saja masuk ke salah satu butik karena melihat ada satu gaun yang menarik perhatiannya.
Saat Sarah sedang mengamati gaun tersebut, Bryan iseng-iseng melihat harga gaun-gaun yang lain dan langsung tenggorokannya terasa kering melihat bandrol harganya.
Gaun-gaun dibutik ini tidak ada satupun yang sama dan semuanya adalah hasil karya desainer terkenal. Para desainer tersebut sudah dikontrak secara ekseklusif oleh Brand terkenal yang gaunnya dijual di butik.
"Habis gaji gua setahun, cuma dapat satu gaun ini." Batin Bryan sambil geleng-geleng kepala. Hari ini Bryan baru tahu arti kata minder yang sebenarnya.
"Pelayan tolong ambilkan gaun yang berwarna biru muda itu."
Terdengar suara Sarah meminta pelayan mengambilkan gaun mewah yang dia minati.
"Ini Nona." Kata pelayan sambil membawakan gaun yang ditunjuk Sarah.
Dengan membawa gaun, Sarah masuk ke ruang fitting baju.
Saat Sarah sedang mencoba gaunnya, masuk dua orang ke butik tersebut.
Bryan yang melihat dua orang tersebut langsung mengerutkan keningnya dan hatinya langsung panas.
Bryan melihat Steven menggandeng Clara memasuki butik.
"Baru hari pertama kerja jadi sopir pribadi, mengapa harus ketemu dua manusia ini sih!" Keluh Bryan dalam hati.
Wah, sepertinya bakalan ada drama seru dibutik ini.