CANTIK TAPI JUDES
"Sarah! Sarapan dulu Nak!"
Pagi-pagi dikediaman Wilson Smith, terdengar suara wanita berteriak.
Seorang gadis cantik berjalan cepat menuju mobilnya tanpa mempedulikan panggilan Mama tirinya.
Gadis itu adalah Sarah, hari ini dia sedang buru-buru mau berangkat ke kampus. Hari ini dia harus bawa mobil sendiri karena sopir pribadinya kabur entah kemana. Dan Sarah sangat sadar jika dialah yang telah menyebabkan si sopir tidak kerasan kerja menjadi sopir pribadinya.
Sarah memiliki seorang adik tiri, anak bawaan mamanya yang dinikahi papanya lima tahun lalu, tepat setahun setelah mama kandungnya meninggal dunia.
Mama tirinya dulunya juga teman mama kandung Sarah dan sering main ke rumah mereka membawa anaknya, yang bernama Nancy.
Umur Sarah dan Nancy hanya selisih satu tahun.
Setahun terakhir ini, Sarah baru mengetahui jika mama tirinya ternyata tidak sebaik yang dia duga sebelumnya. Dia tidak sengaja mendengar pembicaraan mama tirinya dan Nancy.
Ternyata mereka mendekati papanya bukan karena cinta tetapi karena harta tuan Smith.
Sarah sebenarnya ingin mengadukan hal tersebut pada papanya tetapi dia tidak ada bukti. Sarah juga tidak tega karena melihat Papanya sepertinya memang menyayangi mama tirinya dan juga Nancy.
Sejak mengetahui niat buruk mama tirinya yang bernama Florence tersebut, sifat Sarah yang dulunya lembut jadi berubah total. Dia berubah menjadi gadis berandalan yang susah diatur.
Sebenarnya Sarah dalam posisi serba salah dan bingung. Dia cuma berharap Papanya bisa menyadari niat buruk Florence dan anaknya.
"Papa! Sarah berangkat dulu!" Teriak Sarah sambil melajukan mobilnya keluar dari garasi.
Papanya yang mendengar teriakan putrinya, hanya geleng-geleng kepala. Tuan Wilson begitu sedih dan terpukul dengan perubahan sikap Sarah yang semaunya sendiri.
Tuan Smith sudah berusaha mencari penyebab sifat putrinya berubah seperti ini, tetapi sampai saat ini dia belum menemukan penyebabnya.
Sambil menyetir, Sarah ngedumel sendiri.
"Didepan Papa, sok keliatan baik, perhatian lah, nyuruh makan lah. Tapi semuanya palsu!"
Ciit!!!
Sarah menginjak rem mobilnya dengan cepat. Karena kurang konsentrasi akibat emosi, mobil Sarah hampir saja menyerempet sepeda motor.
Sarah membuka kaca jendela mobilnya.
"Woi! Kalau naik motor yang bener dong! Kalau ketabrak, saya lagi yang disalahin!" Teriak Sarah sambil memarahi pengendara motor yang ternyata berboncengan.
Mendengar teriakan itu, pemotor menghentikan motornya. Sebenarnya meski menyadari hampir keserempet mobil tetapi mereka tidak ingin mempermasalahkan.
Setelah turun dari motornya, kedua orang yang ternyata Scott dan Bryan menghampiri mobil Sarah.
Scott yang awalnya sudah mau marah-marah langsung mengganti mood nya dan tersenyum saat melihat pengemudi mobil yang ternyata seorang gadis cantik. Meski sedang cemberut tetap saja cantik, pikir Scott.
"Maaf Nona, bukanya mobil nona yang jalannya terlalu ke pinggir hingga masuk jalur motor?" Tanya Scott dengan ramah.
Bryan yang awalnya berfikir jika sahabatnya yang terkenal temperamental ini akan marah-marah dibuat bengong mendengar kata-kata Scott.
"Pantas saja Scott berubah jinak, sopirnya gadis cantik ternyata." Batin Bryan.
Bryan setali tiga uang dengan Scott, sama-sama terpesona dengan kecantikan Sarah.
Sarah yang awalnya sudah pasang tampang seram dan siap berdebat, jadi salah tingkah melihat Scott malah berkata dengan sopan, pakai kata maaf segala lagi.
"Kamu yang terlalu ke tengah, bikin aku kaget hingga nyaris menyerempet."
Sarah berkata dengan ketus dan tetap tidak mau kalah.
"Ya sudah kami minta maaf, hati-hati saat berkendara Nona, jangan melamun." Ucap Bryan sambil menarik Scott untuk meninggalkan Sarah.
Bryan tidak ada waktu untuk berlama-lama berdebat dengan Sarah karena dia ada janji konsultasi dengan dosen pembimbingnya.
"Bentar Bryan, aku belum tahu namanya."
Scott berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Bryan.
"Aku hampir terlambat Bro, ayolah! Urusanku lebih penting."
Bryan terus menyeret Scott kearah motor mereka.
"Mana kuncinya?" Tanya Bryan.
"Aku saja yang bawa Bro." Scott keberatan jika Bryan yang bawa motornya.
Terakhir dia dibonceng Bryan, Scott dibuat ngeri saat Bryan menggeber motornya hingga speedo meternya mentok.
"Ayolah, aku hampir terlambat."
Bryan langsung merebut kunci motor dari tangan Scott dan segera naik lalu menstarter motornya.
"Ayo naik! Atau kutinggal!"
"I..iya."
Meski dibayangi rasa ngeri jika Bryan akan ngebut lagi, Scott akhirnya naik juga ke boncengan motor.
"Pegangan Bro!"
Bryan langsung menggeber motornya dan ngebut, persis seperti yang dikhawatirkan Scott. Tidak ada pilihan bagi Scott selain mengeratkan pegangannya ke jacket Bryan.
Sarah yang melihat dari kejauhan diam-diam mengagumi cara berkendara Bryan. Sarah juga suka ngebut, tetapi dia tidak senekad Bryan.
"Waduh, bisa telat kuliah nih."
Sarah terlihat panik saat melihat jam didasboard mobil, tiga puluh menit lagi dia ada kuliah. Terpaksa Sarah harus ngebut juga bawa mobilnya.
Bryan dan Scott akhirnya sampai dikampus tepat waktu. Bryan bisa bernafas lega saat melihat kantor dosen pembimbingnya masih gelap yang berarti beliau belum datang.
Sementara Scott, hari ini sebenarnya dia tidak ada keperluan ke kampus, tetapi karena rasa setia kawannya yang tinggi pada Bryan, dia nurut saja waktu diminta mengantar Bryan ke kampus. Jadi saat ini dia hanya menemani Bryan duduk dibangku taman didepan ruang dosen sambil ngobrol.
"Cantik juga cewek tadi ya Bro." Ucap Scott.
"Iya, sayang hobinya marah-marah dan mau menang sendiri."
Bryan menanggapi ucapan Scott sambil membayangkan wajah Sarah.
Tiba-tiba Scott menyenggol pundaknya sambil melihat dan menunjuk ke arah tempat parkir mobil.
"Bro, bukannya itu cewek yang tadi."
Bryan menolehkan kepalanya mengikuti arah yang ditunjuk Scott, tampak Sarah sedang berjalan santai setelah memarkirkan mobilnya.
"Ngapain dia ngikutin kita ke kampus?" Gumam Scott tanpa sadar.
"Ngikutin kita gundulmu! Sepertinya dia mahasiswi baru dikampus kita, lihat tuh ada temennya yang nyamperin."
Bryan dan Scott melihat Sarah dan seorang gadis lagi, berjalan bareng menuju gedung kampus jurusan Teknologi dan Komunikasi.
Untuk menuju gedung kuliah jurusan Teknologi dan Komunikasi, mereka berdua harus melewati taman tempat Bryan dan Scott duduk-duduk.
"Wah, kesempatan nih untuk kenalan." Gumam Scott sambil berdiri menunggu Sarah dan temannya mendekat.
"Hai, Nona cantik, kita ketemu lagi." Sapa Scott seramah mungkin sambil memandang Sarah.
"Ooo, ternyata kalian juga kuliah disini?" Kata sarah tetap dengan gaya juteknya, sambil melirik Bryan dan mengabaikan Scott.
Scott yang merasa dicuekin tidak patah semangat, dengan tampang anti malu Scott kembali menyapa Sarah.
"Boleh kenalan Nona? Saya Scott Collins."
Sambil menyebutkan namanya, Scott mengulurkan tangannya mengajak bersalaman Sarah.
"Hmm, gak penting banget!" Sahut Sarah jutek.
"Ayo Nora, cepetan, kita hampir terlambat masuk kuliah."
Tanpa menghiraukan Scott yang masih mengulurkan tangannya, Sarah malah menarik tangan Nora, temannya, cepat-cepat meninggalkan Scott.
Nora yang tangannya ditarik Sarah, buru-buru mengikuti langkah temannya agar tidak terseret. Dia agak heran juga melihat sikap Sarah yang begitu tidak ramah saat disapa kakak angkatan.
Bryan yang melihat Scott dicuekin sama Sarah, tertawa ngakak.
"Kapok Lu Bro, emang enak dicuekin, makanya jangan kepedean." Goda Bryan sambil terus tertawa sampai memegangi perutnya.
"Sialan kamu Bryan, bukanya bantu teman, malah bahagia liat sohibmu menderita."
Scott menggerutu, kesal karena dicuekin Sarah, lebih tambah kesal lagi karena diejek Bryan.
Tiiit!!!
Terdengar suara pesan chat masuk ke Hp Bryan.
Bryan segera membuka pesan chat yang ternyata dikirim oleh dosen pembimbingnya.
"Maaf Bryan, konsulnya ditunda minggu depan, Bapak harus ke Rektorat ada acara mendadak."
Membaca pesan tersebut, Bryan langsung lemas, persiapan materi konsul sejak semalam hingga subuh jadi sia-sia.
"Konsultasinya diundur minggu depan Scott." Kata Bryan dengan ekspresi lemas.
"Ha...ha..ha, kapok, kualat kamu barusan mengejekku sekarang kena karmanya."
Scott tertawa terpingkal-pingkal sampai hampir terjengkang dari bangku.
"Makanya Bro, jangan suka menghina sahabatmu yang baik hati ini, kurang apa coba, sudah nganter kamu ke kampus dengan gratis, eh giliran butuh dukungan malah kamu hina, ha..ha..ha."
"Bangsat kamu Scott! Ayo pulang! Aku ngantuk banget."
Dengan lesu Bryan menuju tempat parkir motor, meninggalkan Scott yang masih tertawa sampai keluar air mata. Benar-benar bahagia sepertinya si Scott kali ini.