Saat ini Bryan sudah duduk didalam bus yang akan membawanya kealamat yang diberi Scott.
Setelah satu jam perjalanan dari kampus, akhirnya Bryan sampai juga. Dihadapannya saat ini berdiri sebuah rumah besar dua lantai dengan pagar setinggi tiga meter.
Bryan segera memencet bel yang ada disamping pintu gerbang dan segera muncul seorang satpam membuka pintu.
"Maaf, ada perlu apa ya?" Tanya satpam dengan ramah meskipun dengan sikap tubuh yang tegak dan ucapan tegas.
"Saya mau melamar untuk sopir pribadi Pak, saya dapat info dari teman saya."
Bryan memberitahukan maksudnya sambil memandangi rumah tersebut dengan kagum. Apalagi setelah pagar dibuka, tampak halaman rumah yang rapi dan asri dengan banyak macam tanaman bunga.
"Mohon tunggu sebentar, saya beritahu tuan dulu."
Bryan mengangguk dengan sopan saat satpam tersebut memintanya menunggu. Satpam segera ke pos untuk melapor pada majikannya, tak berapa lama dia balik lagi kedepan Bryan.
"Silakan masuk, tuan besar sudah menunggu diruang tamu." Kata Satpam sambil mengantarkan Bryan masuk ke dalam rumah.
"Permisi Tuan."
Bryan menyapa pemilik rumah yang sedang duduk diruang tamu yang mungkin saja sebentar lagi akan menjadi majikannya jika dia diterima bekerja.
Saat ini Bryan sangat membutuhkan biaya untuk tugas akhir dan persiapan wisuda. Uang pesangon yang diperoleh saat dia dipecat dari pekerjaannya direstoran jauh dari kata cukup.
Bryan sangat berharap bisa diterima kerja disini karena tawaran gajinya yang tinggi, hampir dua kali lipat gaji dia saat bekerja di restoran.
"Duduklah."
"Terima kasih."
"Siapa nama kamu."
"Nama saya Bryan Tuan."
"Kamu serius ingin bekerja sebagai sopir disini?"
"Iya Tuan."
"Apa kamu punya pengalaman sebagai sopir?" Tanpa basa basi, pemilik rumah langsung menginterogasi Bryan.
"Punya Tuan, saya pernah menjadi sopir ekspedisi pengantaran barang antar kota."
"Terus mengapa kamu tidak terus bekerja disitu?"
"Waktu itu saya mengundurkan diri karena jadwal kerja saya sering berbenturan dengan jadwal kuliah saya Tuan."
"Oo Kamu masih kuliah?"
"Iya Tuan, semester akhir, kebetulan sedang menyusun thesis jadi saya bisa mengatur waktu jika diterima kerja disini."
"Sepertinya saya bisa mempercayaimu untuk diterima bekerja disini, kamu akan menjadi sopir pribadi anak saya, namanya Sarah, kenalkan saya Wilson Smith."
Wilson Smith mengamati Bryan dengan seksama sejak Bryan masuk dan duduk dihadapannya. Dia menyukai atitude Bryan yang sopan dan juga bicaranya yang terus terang apa adanya.
Kemudian Tuan Wilson meninggalkan Bryan, sebentar kemudian dia balik lagi sambil membawa berkas kontrak kerja.
"Silakan kamu pelajari dulu, kalau kamu setuju dengan semua persyaratannya, kamu bisa langsung tanda tangani."
Tuan Smith menyodorkan berkas yang dibawanya ke Bryan yang langsung menerimanya.
Agak lama Bryan mempelajari berkas tersebut dengan hati-hati. Dilihatnya hampir semua item adalah persyaratan standar dan tidak ada yang merugikannya sama sekali. Saat melihat item tentang gaji, mata Bryan terbelalak karena nominalnya jauh lebih besar dari perkiraannya.
"Bagaimana Bryan?"
"Iya Tuan, saya tidak keberatan sama sekali dengan syarat-syaratnya."
Bryan membubuhkan tanda tangannya dengan yakin.
"Apa ada yang masih ingin kamu tanyakan? Mulai minggu depan kamu bekerja, sesuai kontrak pagi jam 07.00 kamu sudah disini."
"Tidak ada Tuan, terima kasih atas kepercayaan tuan menerima saya kerja, saya permisi Tuan."
Bryan segera meninggalkan ruang tamu, berjalan menuju halaman depan.
Sementara Tuan Smith memandangi punggung Bryan sambil termenung.
"Mudah-mudahan pemuda ini bisa bertahan." Gumam Tuan Smith.
Dihalaman Bryan kembali diantar Satpam menuju gerbang pagar.
"Bagaimana, apa diterima sama Tuan besar." Tanya Satpam basa basi.
"Iya Pak, syukur diterima, minggu depan saya mulai kerja disini."
"Ok, semoga kerasan ya."
"Iya Pak, terima kasih." Jawab Bryan.
Setelah Bryan meninggalkan halaman rumah besar tersebut, satpam segera menutup pintu gerbang kembali.
"Mudah-mudahan pemuda yang ketiga ini bisa bertahan terus. Kasihan tuan besar jika sampai yang ini juga minta berhenti" Batin satpam sambil berharap.
Sejak tuan Smith membuka lowongan sopir pribadi ini, sebenarnya sudah dua orang yang sudah diterima bekerja.
Satu orang pertama hanya bertahan selama satu minggu dan langsung mengundurkan diri. Sedangkan orang yang kedua lebih parah, cuma bertahan dua hari langsung kabur tanpa kabar berita.
*****
Pukul 20.00 Bryan baru sampai tempat kostnya. Dilihatnya Scott sedang duduk dimeja belajar sambil serius membaca buku dan sesekali mencatat.
"Nah, gitu dong Bro, serius dikit ngerjain skripsinya, masa sudah sebulan lebih masih bab pendahuluan melulu." Ejek Bryan sambil meletakkan tasnya dimeja belajarnya sendiri.
"Bagaimana lamaran sopirnya, apa diterima?"
Scott tidak mempedulikan ejekan Bryan dan malah balik bertanya.
"Syukurlah Bro, aku diterima dan minggu depan bisa mulai kerja."
"Good job, Bro!"
Scott ikut bahagia mendengar sahabatnya kembali mendapatkan pekerjaan. Dia tahu saat ini Bryan sangat membutuhkan dana untuk skripsi dan persiapan biaya wisuda.
"Terima kasih Bro, berkat kamu aku dapat pekerjaan ini."
Bryan mendekati Scott dan tanpa aba-aba langsung memukul bahu Scott sekeras saat Scott memukulnya tadi pagi.
"Aduh! Terima kasih ya terima kasih saja Bro, gak pakai mukul segala." Gerutu Scott sambil mengelus-elus bahunya yang terasa sedikit nyeri akibat ditonjok Bryan barusan.
"Kamu tahu Bro, gajinya dua kali lipat lebih dibanding saat kerja di resto kemarin." Kata Bryan antusias.
"Waduh, kalau tahu gajinya segede itu, mending aku ambil sendiri kerjaan itu."
"Sialan Lu Bro, kamu gak ikhlas ya."
Scott hanya terkekeh mendengar ucapan Bryan.
Mereka berdua memang sering bercanda, kadang saat bercanda bisa mirip orang yang sedang bertengkar.
"Bro, tadi dikampus aku lihat Clara jalan bareng Steven, lengket kayak lem."
"Biarin saja."
Bryan berkata datar saat mendengar ucapan Scott.
"Kamu gak cemburu?" Pancing Scott.
"Ngapain cemburu, kita sudah gak ada hubungan sama sekali. Putus ya putus saja."
Bryan berusaha bersikap sewajar mungkin didepan Scott.
Sementara itu Scott memandang wajah Bryan, mencari kebenaran jika Bryan sudah benar-benar melepaskan dan melupakan Clara.
"Syukurlah kalau kamu sudah benar-benar tidak memikirkan Clara. Dia memang gak cocok buat kamu Bro."
"Sudahlah gak usah ngomongin Clara, aku mau mandi dulu, gerah banget!".
Bryan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Sepertinya benar kata Scott, aku harus mulai melupakan Clara." Gumam Bryan sambil menggosok tubuhnya menggunakan sabun.
"Aku harus fokus pada skripsi dan kerjaan baruku." Batin Bryan menyemangati dirinya sendiri.
"Bro! Cepetan dikit mandinya!"
Tiba-tiba terdengar teriakan Scott yang membuat Bryan kaget sampai sabunnya terlempar.
"Ada apa Bro! Bikin kaget saja!"
Seru Bryan dari dalam kamar mandi. Tangannya gerayangan mencari sabun yang barusan dipakai untuk membasuh mukanya.
"Kebelet Bro!" Terdengar lagi teriakan dari Scott.
"Sialan kamu Scott!"
Scott tertawa ngakak sambil menahan tekanan perutnya yang mau meledak mengeluarkan isinya.
"Cepetan Bro! Udah gak tahan!."