MUSIBAH
"Mamaa, jangan pergi maa, Bryan sama siapa maa!"
Suara jeritan anak kecil umur tujuh tahunan, disertai tangisan yang sungguh menyedihkan, membuat orang-orang yang sedang berkumpul didepan jenazah seorang perempuan, merasa begitu kasihan.
Orang-orang yang merupakan tetangga dekat itu tahu benar beratnya penderitaan anak kecil itu karena baru sebulan lalu Kakeknya Bryan meninggal dan hari ini disusul ibunya.
Bryan berlari kencang masuk ke dalam kamar dan ambruk memeluk tubuh ibunya yang terbujur dilantai beralaskan tikar. Tubuh yang sudah mulai dingin dan pucat kulitnya.
"Mamaa bangun, maa!"
Bryans terus mengguncang-guncang tubuh ibunya yang sudah mulai kaku.
Karena kesedihan yang datang bertubi-tubi dengan meninggalnya Kakek serta Ibunya, Bryan akhirnya pingsan.
*****
"Bryan! Bangun! Mau kuliah gak!"
Bryan membuka matanya yang terasa sangat berat. Mimpi yang sama saat kematian ibunya muncul lagi, dan ini sudah yang kelima kalinya selama sebulan terakhir.
Dilihatnya Scott, sahabatnya, sedang berdiri disamping tempat tidurnya sambil mengguncang-guncang tubuhnya. Mata Scott melotot memandangi wajahnya.
"Jam berapa ini, Scott?" Tanya Bryan masih setengah sadar antara tidur dan bangun.
"Jam tujuh, bangun cepat! Bukankah hari ini kamu ada konsultasi dengan dosen pembimbingmu?"
Dengan gak sabaran, Scott mengingatkan sahabatnya jika hari ini ada agenda penting untuk Bryan, yaitu konsultasi thesis untuk tugas akhirnya.
"Iya... iya, aku bangun".
Dengan malas-malasan Bryan membuka selimut tipis dan agak butut yang menutupi tubuhnya, lalu berjalan pelan ke kamar mandi.
Melihat sahabatnya yang seperti gak ada semangat itu, Scott menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sudah seminggu ini Bryan terlihat lesu dan seperti sedang memikul beban berat, ada apa sebenarnya." Batin Scott menduga-duga.
Scott dan Bryan adalah sahabat karib sejak awal masuk kuliah, mereka bertemu saat sama-sama mendaftar dikampus itu dan mengambil jurusan yang sama yaitu Bisnis dan Manajemen.
Merasa berasal dari kasta yang sama, yaitu sama-sama orang yang kekurangan secara materi, menjadikan mereka cepat akrab. Bahkan untuk menghemat pengeluaran mereka berdua memutuskan tinggal satu kost dan berbagi biaya bulanan.
"Kamu kenapa Bro? Tampangmu ditekuk melulu dari kemarin."
Melihat Bryan keluar dari kamar mandi, Scott tidak sabaran bertanya.
"Apa cuma gara-gara kamu putus sama Clara jadi mlempem seperti ini? Ayolah Bro, masih banyak cewek diluar sana!" Seru Scott melanjutkan ucapannya.
"Bukan masalah itu Bro, kamu benar, cewek masih banyak diluar sana."
Sebenarnya Bryan membohongi Scott dengan ucapannya.
Saat diputusin Clara, hati Bryan rontok seperti cermin tertimpa palu, hatinya benar-benar patah.
Dua tahun berhubungan dengan Clara, dia menganggap Clara sebagai gadis yang tulus dan tidak memandang materi. Dia sangat mencintai Clara.
Tetapi apa lacur, sebulan lalu Clara tiba-tiba mengakhiri hubungan mereka. Dua tahun hubungan cuma diakhiri dengan ucapan Clara yang sangat menyakitan Bryan.
"Aku bosan pacaran dengan orang miskin, jadi mulai hari ini kita putus."
Hari itu, dengan santainya Clara mengucapkan kata putus seakan hubungan mereka selama ini hanya main-main.
"Tapi Clara..!"
"Tidak ada tapi-tapi, hari ini kita putus, kamu jangan coba-coba mendekati aku lagi, waktu itu aku mau jadi pacar kamu cuma untuk manas-manasin orang, jadi jangan dianggap serius, bye bye Bryan."
Clara meninggalkan Bryan tanpa ragu, sedangkan Bryan hanya terpaku seolah tak percaya dengan kejadian tersebut.
Dan seminggu setelah mereka putus, Bryan melihat Clara sudah digandeng Steven, mahasiswa kaya raya anak konglomerat.
Dan sampai hari ini rasa sakit hatinya akibat perbuatan Clara masih sering membuat dadanya nyeri. Dia memang masih ada rasa dengan Clara. Tidak mudah melupakan kenangan indah bersama Clara selama dua tahun ini.
Dan sepertinya memang musibah sedang senang berteman dengan Bryan. Tiga hari lalu dia dipecat dari pekerjaannya sebagai pelayan restoran tanpa sebab yang jelas.
"Kamu sudah tidak dibutuhkan lagi disini, maaf mulai besok tidak usah bekerja lagi."
Dia begitu shock saat sedang beres-beres untuk pulang kerja, tiba-tiba sang manajer restoran mengatakan hal tersebut.
"Ambil gaji terakhir dan pesangonmu dikasir, sudah aku siapkan."
"Tapi Pak, apa salah saya?"
"Kamu tidak ada salah Bryan, seseorang yang punya kekuasaan besar dan tidak bisa kuhadapi memintaku untuk memecatmu, tolong jangan mempersulit saya."
Manajer restoran sebenarnya orang yang sangat baik menurut Bryan. Dia mau menerima Bryan bekerja khusus shif malam karena kesibukan kuliah Bryan.
Mendengar perkataan manajer restoran, Bryan pasrah dan tidak membantah lagi, dia benar-benar tidak ingin mempersulit sang manajer yang tampaknya sedang diintimidasi seseorang yang punya kekuasaan besar.
"Baik Pak, saya paham, terima kasih atas kebaikan Bapak selama ini, saya permisi."
Bryan menuju kasir untuk mengambil gaji terakhir dan pesangon yang disiapkan si manajer restoran.
Bayangan saat diputusin Clara kemudian dipecat dari pekerjaannya, melintas dalam pikirannya, membuat Bryan termenung.
"Halo Broo! Kamu masih disini?"
Tiba-tiba terdengar ucapan Scott membuyarkan lamunan Rangga.
"O iya Bro, kapan hari kamu pernah menawarkan pekerjaan sebagai sopir pribadi dengan gaji lumayan besar, apa lowongan itu masih ada?" Tanya Bryan sambil memandang Scott yang sedang berganti baju.
"Sebentar saya telpon temanku dulu, soalnya info itu dia yang ngasih."
Scott mencari nomor hp temennya dan langsung menanyakan lowongan sopir pribadi tersebut. Sejenak kemudian Scott menutup telponnya dan menoleh ke arah Rangga.
"Kamu beruntung Bro, lowongan masih terbuka, nih alamat rumahnya, sebaiknya langsung kamu samperin setelah selesai urusanmu dikampus." Saran Scott karena khawatir keduluan orang lain.
"Iya Bro, thank you."
Melihat Bryan kembali bersemangat, Scott tersenyum.
"Gitu dong Bro, hidup ini indah, jangan mau dibuat pusing gara-gara seorang gadis!" Ucap Scott sambil memukul bahu Bryan dengan keras.
"BUKK!!!
"Sialan Lu, Scott! Sakit tahu!"
Bryan memaki Scott karena rasa linu dipundaknya yang barusan dipukul Scott.
Sementara Scott malah tertawa ngakak melihat sahabatnya ngamuk-ngamuk.
"Ayo berangkat! Atau mau kutinggal!" Kata Scott sambil mengacungkan kunci sepeda motor bututnya.
Akhirnya mereka berdua berangkat ke kampus. Mereka berdua sama-sama jadi mahasiswa tingkat akhir dan sama-sama sedang menyusun tugas akhir.
Sampai dikampus, Bryan segera menuju ruangan dosen pembimbingnya sedangkan Scott melangkahkan kakinya ke perpustakaan. Scott masih membutuhkan banyak literatur untuk skripsinya yang sampai saat ini baru sampai "Bab Pendahuluan".
Kalau sudah diperpustakaan, Scott akan lupa waktu, dia memaksa dirinya untuk segera bisa lulus dan bekerja karena gak tega melihat orang tuanya yang hidup pas-pasan harus banting tulang mencari nafkah untuk membayar uang kuliahnya.
Sementara Bryan, sudah hampir dua jam dia melakukan konsultasi dengan dosen pembimbingnya. Bryan butuh konsultasi intens karena skripsinya sudah sampai tahap hasil penelitian dan pembahasan.
"Dua hari lagi kamu konsul lagi, setelah kamu koreksi beberapa pembahasan yang kurang tepat dan sudah saya tandai tadi."
Dosen pembimbing Bryan menyerahkan kembali draf skripsi Bryan yang tadi mereka bahas berdua.
"Baik Pak, terima kasih, saya permisi dulu Pak."
Setelah berpamitan Bryan langsung keluar dari ruangan dosen. Sambil berjalan Bryan menulis pesan untuk Scott jika dia langsung akan mendatangi alamat rumah yang membuka lowongan sopir pribadi dan mungkin malam baru pulang.
Bryan terus berjalan keluar kampus menuju halte bus terdekat dan duduk menunggu kedatangan bus yang sesuai dengan jurusan yang dia tuju.