Jenis-jenis Bahan Baku Pakan Ternak Asal Limbah Pertanian dan Agroindustri, Kandungan Nutrisi dan Pemanfaatannya
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba), sehingga untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kualitas dan kuantitasnya (Syamsu 2006). Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam semua usaha peternakan. Produktivitas atau performans ternak 70% dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 30% oleh faktor genetik. Ini berart walaupun secara genetik ternak memiliki potensi yang bagus akan ttapi lingkungan tidak mendukung maka performans nya tidak maksimal.Dari faktor lingkungan ini pakan paling berpengaruh yaitu mencapai 60%, jadi tidaklah heran jika pakan menjadi hal yang paling diperhatikan dalam pemeliharaan ternak. Karena besarnya pengaruh pakan terhadap produksi maka biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakanpun tidak bisa dianggap ringan, bahkan biaya pakan ini mencapai 60 - 80% dari total biaya produksi. Oleh karena itu jika usaha ternak kita dapat engemat biaya pakan akan sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas usaha.
Limbah pertanian adalah sisa dari proses produksi pertanian. Limbah pertanian antara lain berupa kotoran ternak, jerami padi, jerami kacang-kacangan, serasah dan ranting tumbuhan (Siti agustina at all 2005). Limbah pertanian merupakan sumber bahan organik yang tersedia dalam jumlah banyak dan terus menerus diproduksi tapi belum termanfaatkan secara optimal. Limbah tersebut dihasilkan selama proses produksi di lapangan, panen, dan pasca panen. Beberapa limbah pertanian mengandung bahan organik berupa karbohidrat, protein, lemak, dan bahan penyusun lainnya (Syafitrie, 2001).
Bahan Pakan Ternak dan Sumber Nutrisinya:
Limbah pertanian adalah bagian tanaman pertanian diatas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa setelah panen atau diambil hasil utamanya (M. Amir S,et all 2005). Berdasarkan artinya pengertian limbah pertanian dapat disimpulkan sebagai bahan yang dibuang dari sector pertanian. Beberapa contoh dari limbah pertanian antara lain adalah; jerami padi, jerami jagung, jeramai kacang tanah dan jerami kedelai dan lain sebagainya (Sasse et al.,1995).Ciri Bahan Pakan Yang Baik:
- Bahan Sumber Energi (dedak padi, jagung, molasses)
- Bahan Sumber Serat (kulit kacang tanah, tongkol jagung, tumpi jagung)
- Bahan Sumber Protein (bungkil kelapa, tepung ikan)
- Bahan Sumber Mineral (gram dapur, tepung keong, dsb)
- Bahan yang dipilih mudah didapat
- Kontinyu ketersediaannya
- Tidak beracun
- Palatabel/diskusi ternak
Menurut Hartono (1998), Limbah pertanian dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis limbah yaitu limbah pra panen dan saat panen serta limbah pasca panen. Limbah pasca panen terbagi atas limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau sering dikenal dengan limbah industry pertanian.
Pada usaha ternak sapi dan ternak ruminansia lainnya dimana ketersediaan pakan berupa hijauan mutlak dibutuhkan, dengan adanya perubahan alih fungsi lahan dan perubahan iklim akan membatasi ketersediaan bahan pakan bagi ternak tersebut.
Untuk itu integrasi dengan usaha pertanian merupakan alternatif untuk mengembangkan usaha peternakan yang berkesinambungan. Optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri dapat memperbaiki ketersediaan pakan bagi ternak ruminansia. Akan tetapi biasanya limbah pertanian memiliki kualitas yang kurang baik untuk pakan ternak, maka perlu adanya pengolahan terlebih dahulu untuk menngkatkan mutu dari bahan pakan limbah pertanian misalnya dengan amoniasi atau dengan fermentasi.
Secara bahan pakan asal pertanian dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahan limbah pertanian dan bahan limbah agroindustri. Bahan limbah pertanian misalnya jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, tumpi jagung, tonggkol jagung, kulit kacang tanah, pelepah sawit dll, sedangkan limbah agro industri misalnya dedap padi, ampas tahu, ampas pabrik roti, bungkil kelapa, kedelai afkir dll.
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak akan mengurangi ketergantungan terhadap pakan hijauan dari hasil budidaya yang kita ketahui bahwa lahan untuk budidaya pakan ternak terbatas jumlahnya. Selain itu juga dapat menekan biaya pakan karena limbah pertanian (khususnya jerami) harganya murah. Dari sudut pandang pertanian pemanfaatan limbah ini akan meningkatkan nilai tambah, karena limbah yang biasanya hanya dibakar dapat memiliki nilai ekonomi.
Pemanfaatan Limbah Pertanian
Contoh Formulasi Pakan Penguat (Konsentrat) menggunakan bahan baku limbah pertanian plus bahan pelengkap pakan ternak lainnya.
Bahan | Komposisi (%) |
Dedak Padi | 29 |
Bungkil Kepala | 35 |
Jagung Giling | 15 |
Tumpi Jagung | 15 |
Mineral Mix | 0,6 |
Molases | 5 |
Total | 100 |
- Bahan ditimbang sesuai formulasi
- Bahan ditumpuk merata paling bawah komposisinya
- Kemudian dicampur dengan-cara merata (proses pencampuran dapat menggunakan_dengan sekop,bisa juga menggunakan_dengan mixer)
- Pakan Siap diaplikasi ke ternak
Beberapa limbah pertanian yang potensial dan belum banyak dimanfaatkan secara optimal berturut-turut antara lain jerami padi, jerami jagung, pucuk tebu, jerami kedele, jerami ketela rambat dan jerami kacang tanah (Soejono et al., 1988; Van Bruchem dan Sutanto, 1988; Widiyanto, 1993; Pangestu,1995; Widyati et al., 1997) dalam Sitorus (2002) Bahan baku pakan asal pertanian secara umum dapat dikelompokkan menjadi: Limbah pertanian dan limbah agroindustri. Bahan baku pakan yang termasuk limbah pertanian dan agroindustri disajikan pada Table 1 (Agustini, 2010).
Tabel 1. Bahan baku pakan asal limbah pertanian dan agroindustri
No
|
Limbah Pertanian
|
Limbah Agroindustri
|
1
|
Jerami Padi
|
Dedak Padi
|
2
|
Jerami Jagung
|
Ampas Tahu
|
3
|
Tumpi Jagun
|
Ampas Pabrik Roti
|
4
|
Jerami Kedelai
|
Bungkil Kelapa
|
5
|
Jerami Kacang Tanah
|
Bungkil Kedelai
|
6
|
Jerami Kacang Hijau
|
|
7
|
Jerami Komak
|
|
8
|
Kulit Kacang Tanah
|
Sumber : Agustini (2010)
Pada peternak masih rendah karena rendahnya tingkat pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan disebabkan peternak membakar limbah (jerami padi/jagung/ ubi jalar) setelah panen dimana limbah ini berfungsi sebagai pupuk organik di samping itu adanya anggapan dari peternak bahwa hijauan pakan tersedia dalam jumlah yang mencukupi dilahan pekarangan, sawah dan kebun untuk kebutuhan ternak. Penelitian (Syamsu, 2007) dalam Liana & Febrina (2011) menunjukkan hanya 37.88% peternak di Sulawesi Selatan yang menggunakan limbah pertanian sebagai pakan.
Beberapa faktor yang menyebabkan peternak tidak menggunakan limbah tanaman pangan sebagai pakan adalah Liana & Febrina (2010) : a) umumnya petani membakar limbah tanaman pangan terutama jerami padi karena secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah, b) limbah tanaman pangan bersifat kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari pemukiman peternak sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan, c) tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah tanaman pangan, dan peternak tidak bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong rumah karena takut akan bahaya kebakaran, d) peternak menganggap bahwa ketersediaan hijauan di lahan pekarangan, kebun, sawah masih mencukupi sebagai pakan ternak.
Di sentra-sentra penghasil padi, banyak jerami yang dibuang atau dibakar begitu saja setelah bulir-bulir padi dipanen. Padahal jerami tersebut setelah dikeringkan dan disimpan dengan baik digudang dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak ruminansia andalan. Dengan memiliki persediaan jerami padi kering, peternak tak perlu lagi ngarit (mencari rumput) atau membeli hijauan segar untuk pakan sapi (Saswono & Arianto, 2006). Selama ini hampir 50% jerami padi dibakar, abunya dikembalikan ke tanah sebagai kompos dan hanya 35% yang digunakan sebagai pakan ternak. Sistem integrasi ternak dengan tanaman pangan tidak hanya meningkatkan nilai tambah limbah pertanian yang dihasilkan, tetapi juga meningkatkan jumlah dan kualitas pupuk organik yang berasal dari ternak sehingga mampu memperbaiki kesuburan lahan (Maryono, 2010).
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan Asal Limbah Pertanian
No
|
Bahan Pakan
|
BK (%)
|
PK (%)
|
LK (%)
|
SK (%)
|
TDN
|
1
|
Jerami
padi
|
31,87
|
5,21
|
1,17
|
26,78
|
51,49
|
2
|
Kulit
kedelai
|
90,37
|
18,96
|
1,25
|
22,83
|
62,72
|
3
|
Klobot
jagung
|
42,56
|
3,40
|
2,55
|
23,32
|
66,41
|
4
|
Tongkol
jagung
|
76,61
|
5,62
|
1,57
|
25,54
|
53,07
|
5
|
Jerami
kacang tanah
|
29,08
|
11,31
|
3,32
|
16,62
|
64,51
|
6
|
Jerami
kedelai
|
30,39
|
14,10
|
3,54
|
20,97
|
61,59
|
7
|
Jerami
kacang hijau
|
21,93
|
15,32
|
3,59
|
26,90
|
55,52
|
8
|
Jerami
kacang panjang
|
28,39
|
6,94
|
3,33
|
33,49
|
55,28
|
9
|
Jerami
komak
|
16,20
|
24,71
|
3,85
|
21,03
|
68,29
|
10
|
Jerami
kc.tunggak/antap
|
15,52
|
16,06
|
3,93
|
38,08
|
48,31
|
11
|
Jerami
jagung segar
|
21,69
|
9,66
|
2,21
|
26,30
|
60,24
|
Sumber : (Hardiyanto, R 2004) dalam Agustini
(2010)
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa limbah pertanian memiliki kandungan serat kasar yang tinggi namun terdapat melimpah dialam sehingga perlu adanya pemanfaatan yang lebih lanjut dengan sentuhan teknologi menurut (Saswono & Arianto, 2006) bahwa hampir semua limbah pertanian tanaman pangan dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan sapi. Walaupun hampir semua limbah pertanian itu mengandung serat kasar tinggi, tetapi dengan sentuhan teknologi sederhana limbah itu dapat diubah menjadi pakan bergizi dan sumber energi bagi ternak.
Mengenal Lebih Dekat Jenis Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Limbah kelapa sawit
Indonesia memiliki lahan kelapa sawit yang cukup luas tersebar di Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan masih banyak daerah lainnya. Bagian-bagian tanaman dari kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terdiri atas daun, pelepah, lumpur, bungkil, dan bungkil inti sawit. Pada umumnya produk samping yang diperoleh dari industri kelapa sawit dibagi ke dalam dua kelompok. Misalnya, berasal dari kebun kelapa sawit (pelepah dan daun) dan dari pabrik pengolahan buah kelapa sawit.
Produksi daun atau pelepah dapat mencapai 10,5 ton pelepah kering/ha/tahun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan protein kasar pada kedua bahan pakan tersebut masing-masingnya mencapai 15% BK (daun) dan 2—4% BK (pelepah). Campuran kedua bahan pakan tersebut dapat meningkatkan kandungan protein menjadi 4,8%. Limbah hasil pengolahan kelapa sawit juga mengandung serat kasar yang tinggi. Namun, kandungan protein kasar lumpur sawit dan bungkil kelapa sawit secara berurutan, yaitu 14,58 % BK dan 16,33 % BK, sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan bakan ternak ruminansia.
Jerami jagung
Limbah jagung merupakan salah satu sumber pakan alternatif potensial yang banyak dijumpai di Indonesia. Limbah jagung yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan atau pakan ternak masih belum optimal berkisar 50% dari total limbah yang dihasilkan.Kondisi tersebut menunjukkan bahwa limbah tanaman jagung belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan ternak karena kualitas yang rendah dan mengandung serat kasar yang tinggi (27,8%). Untuk meningkatkan kualitas bahan pakan jerami jagung, dapat dilakukan dengan fermentasi dengan Aspergillus niger atau bakteri asam laktat.
Limbah tebu / Pucuk tebu
Limbah utama dari tanaman tebu yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah pucuk tebu/daun, molases, ampas tebu, dan empulur (pith). Dari total produksi tebu dapat dihasilkan limbah tanaman tebu sebanyak 1,8 juta ton per tahun. Namun, limbah tanaman tebu belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Pucuk tebu merupakan limbah tanaman yang sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak. Pemberian pucuk tebu pada sapi perah dan sapi potong dapat meningkatkan pertambahan produksi susu sebesar 2 kg susu per hari pada sapi perah dan berat badan sebesar 0,25 kg per hari pada sapi potong.
Bagas adalah limbah hasil penggilingan tebu atau hasil ekstraksi sirup tebu. Limbah ini umumnya digunakan sebagai bahan bakar dalam industri gula. Namun, bagas merupakan pakan limbah yang berkualitas rendah karena mengandung kadar ligno-selulosa yang tinggi. Intake bagas dapat ditingkatkan bila dicampur dengan 55% molases dalam ransumnya. Karena bagas merupakan bahan pembawa yang baik untuk molases, maka ransum ini akan sangat bermanfaat bila diberikan kepada ternak pada level optimum sekitar 20—30% konsentrasi ransum.
Diolah dari berbagai sumber