Wonosobo, Kota Kecil Yang Kaya Budaya dan Kesenian
Menggali kembali memori akan kesenian apa saja yang dulu sangat populer di berbagai desa di Wonosobo adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampang karena beberapa nama kesenian masih mudah diingat tetapi susah untuk menggambarkan seperti apa kesenian tersebut.
Wonosobo memang kaya dengan budaya dan kesenian daerah disamping juga kaya akan beragam jajanan khas seperti carica, kacang dieng, keripik jamur dan lain-lain.
Mungkin orang-orang Wonosobo asli yang saat ini banyak menyebar di perantauan sudah banyak yang lupa seperti apa gambaran beberapa kesenian khas Wonosobo yang dulu pernah ngetrend dan populer pada jamannya, berikut beberapa diantaranya:
Kesenian Angguk
Terus terang saja penulis sendiri sebenarnya tidak begitu ingat seperti apa sebenarnya model kesenian yang berupa tarian ini. Dari namanya sudah terlihat jika tarian ini banyak didominasi dengan gaya mengangguk angguk. Jadi mungkin tarian ini dinamakan angguk karena gerakannya yang mengangguk-angguk. Dengan kostum seperti Wayang orang. Silahkan lihat modelnya dibawah ini
Kesenian Tari Cepetan
Penulis sendiri tidak begitu kenal sebenarnya dengan tarian jenis ini karena belum pernah menonton secara langsung dan hanya berdasar informasi di internet. Menurut sumbernya, mengapa tarian ini dinamakan tari cepetan adalah karena wajah para penarinya di corang – coreng ( Jawa = cepat-cepot ), namun dalam perkembangannya tidak lagi di coreng-coreng tapi hanya dengan menggunakan kain penutup. Lagu yang dibawakan berbahasa Indonesia yang kurang sempurna.
Kesenian Tari Bangilon
Kalau tarian yang satu ini pernah sangat populer waktu itu, entah saat ini. Kesenian Bangilon menggambarkan tarian
keprajuritan dengan kacamata hitam bulat sebagai ciri khasnya. Untuk
mengiringi tarian mereka bernyanyi bersama-sama yang diambil dari kitab
berjanji yang disadur sedemikian rupa. Mau lihat modelnya silahkan lihat pada gambar diatas.
Kesenian Emblek
Biasanya tari Kuda Kepang dibawakan oleh 11 orang penari dan seorang yang berfungsi sebagai pemimpin (Jawa = Pelandang). Tari Kuda Kepang (Emblek) ini diambil dari legenda Raja Panji (Babad Jenggala, Kediri). Tarian ini mempunyai ritme sedang hingga cepat dan penuh dengan gerakan-gerakan yang energik dan bersemangat.
Musik gamelan mengiringi para pemain dalam memerankan tokoh yang ada dalam babad. Dari kostum yang dikenakan hingga komposisi gerak tarian dapat dilihat adanya perbedaan karakter yang dimainkan. Ada yang berperan sebagai seorang prajurit yang sedang latihan perang-perangan dengan menunggang kuda. Ada yang menggambarkan seorang tokoh Adipati atau pangeran yang juga sedang menunggang kuda. Ada juga yang menggambarkan Abdi yang memelihar kuda, mulai dari mengeluarkan kuda dari kandangnya, memandikan kuda sampai melatih kuda berlari dan sebagainya. Tari Kuda Kepang ini dapat disuguhkan di bagian awal maupun di bagian akhir pentas seni lengger.
Kesenian Sulasih
Keunikan pada tari sulasih adalah adanya nuansa mistis yang dapat dirasakan ketika tari sulasih baru mulai dimainkan. Tari sulasih dibawakan oleh seorang penari pria yang menggunakan topeng. Tarian ini ditujukan untuk mengundang roh Bidadari (Endang Larasati) agar mau turun dan melindungi semua penari selama pentas berlangsung.
Menggali kembali memori akan kesenian apa saja yang dulu sangat populer di berbagai desa di Wonosobo adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampang karena beberapa nama kesenian masih mudah diingat tetapi susah untuk menggambarkan seperti apa kesenian tersebut.
Wonosobo memang kaya dengan budaya dan kesenian daerah disamping juga kaya akan beragam jajanan khas seperti carica, kacang dieng, keripik jamur dan lain-lain.
Mungkin orang-orang Wonosobo asli yang saat ini banyak menyebar di perantauan sudah banyak yang lupa seperti apa gambaran beberapa kesenian khas Wonosobo yang dulu pernah ngetrend dan populer pada jamannya, berikut beberapa diantaranya:
Kesenian Angguk
Terus terang saja penulis sendiri sebenarnya tidak begitu ingat seperti apa sebenarnya model kesenian yang berupa tarian ini. Dari namanya sudah terlihat jika tarian ini banyak didominasi dengan gaya mengangguk angguk. Jadi mungkin tarian ini dinamakan angguk karena gerakannya yang mengangguk-angguk. Dengan kostum seperti Wayang orang. Silahkan lihat modelnya dibawah ini
Tari Angguk |
Kesenian Tari Cepetan
Penulis sendiri tidak begitu kenal sebenarnya dengan tarian jenis ini karena belum pernah menonton secara langsung dan hanya berdasar informasi di internet. Menurut sumbernya, mengapa tarian ini dinamakan tari cepetan adalah karena wajah para penarinya di corang – coreng ( Jawa = cepat-cepot ), namun dalam perkembangannya tidak lagi di coreng-coreng tapi hanya dengan menggunakan kain penutup. Lagu yang dibawakan berbahasa Indonesia yang kurang sempurna.
Tari Cepetan |
Kesenian Tari Bangilon
Tari Bangilon |
Kesenian Emblek
Emblek |
Biasanya tari Kuda Kepang dibawakan oleh 11 orang penari dan seorang yang berfungsi sebagai pemimpin (Jawa = Pelandang). Tari Kuda Kepang (Emblek) ini diambil dari legenda Raja Panji (Babad Jenggala, Kediri). Tarian ini mempunyai ritme sedang hingga cepat dan penuh dengan gerakan-gerakan yang energik dan bersemangat.
Musik gamelan mengiringi para pemain dalam memerankan tokoh yang ada dalam babad. Dari kostum yang dikenakan hingga komposisi gerak tarian dapat dilihat adanya perbedaan karakter yang dimainkan. Ada yang berperan sebagai seorang prajurit yang sedang latihan perang-perangan dengan menunggang kuda. Ada yang menggambarkan seorang tokoh Adipati atau pangeran yang juga sedang menunggang kuda. Ada juga yang menggambarkan Abdi yang memelihar kuda, mulai dari mengeluarkan kuda dari kandangnya, memandikan kuda sampai melatih kuda berlari dan sebagainya. Tari Kuda Kepang ini dapat disuguhkan di bagian awal maupun di bagian akhir pentas seni lengger.
Lengger |
Kesenian Sulasih
Tari Sulasih |
Keunikan pada tari sulasih adalah adanya nuansa mistis yang dapat dirasakan ketika tari sulasih baru mulai dimainkan. Tari sulasih dibawakan oleh seorang penari pria yang menggunakan topeng. Tarian ini ditujukan untuk mengundang roh Bidadari (Endang Larasati) agar mau turun dan melindungi semua penari selama pentas berlangsung.