Manusia jaman sekarang banyak yang dilanda kebingungan untuk apa sebenarnya mereka hidup dan ada didunia. Banyak sekali yang terkecoh dengan tujuan semu hidup untuk mencari kesuksesan dan kekayaan, ketenaran dan kemashuran dan tujuan lain yang orientasinya harta, kemewahan dan kenikmatan hidup didunia. Yang katanya semua itu bisa mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.
Secara sepintas mungkin terlihat orang yang kaya raya hidupnya penuh kegembiraan. Sedangkan orang yang sedikit berharta hidupnya nampak susah dan menderita. Benarkah demikian? Kadang salah kadang benar.
Jika orang berharta selalu lebih bahagia dari orang miskin tentunya anda tidak akan menjumpai orang kaya yang masuk penjara, over dosis narkoba dan miras. Pelarian orang kaya pada hal tercela tersebut menunjukkan bukti tak terbantahkan jika kekayaan bukanlah ukuran kebahagiaan. Kekayaan juga bukan ukuran mulia atau hinanya seseorang. Jika kekayaan berarti kemuliaan sejati maka kasihan orang yang ditakdirkan miskin dan tidak berpunya jika begitu.
Anda mungkin jarang membayangkan betapa banyak orang kaya yang tidak bisa makan yang enak-enak akibat serangan asam urat dan diabetes. Sementara orang yang hidupnya pas-pasan ternyata bisa makan apa saja yang dia sukai karena tidak ada pantangan penyakit apapun.
Islam sudah sangat jelas memberikan pelajaran kepada manusia dan memberikan jawaban pasti akan maksud dan tujuan manusia diciptakan di dunia ini. Islam mengajarkan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah semata-mata untuk mengabdi pada penciptanya yaitu Allah.
Manusia diberi kemampuan untuk berbuat dan memiliki dua pilihan mendasar. Bisa memilih berbuat negatif/buruk dengan tidak mempedulikan sama sekali hak dan kewajiban terhadap pencipta dirinya atau memilih untuk menaati perintah sang pencipta dan menjauhi semua laranganNya.
Kedua pilihan diatas punya konsekuensi dan resiko masing-masing. Jahat resikonya neraka, taat resikonya surga.
Balasan Surga dan Neraka adalah Wujud Keadilan Allah
Kaya dan miskin hanyalah cobaan sebagai ujian untuk menentukan siapa yang paling mulia disisi Allah. Orang kaya belum tentu mulia demikian juga orang miskin belum tentu hina. Mereka akan mulia jika kekayaan dan kemiskinan itu dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada sang pencipta. Islam mengajarkan bahwa orang dinilai mulia dari ketaqwaannya bukan dari popularitasnya, kekayaannya, bentuj fisiknya, ketampanannya dan kecantikannya.
Harta didunia hanya titipan, barang siapa diberi titipan lebih banyak maka tanggung jawabnya akan lebih besar pula di akherat kelak. Adanya hisab amal diakherat adalah wujud keadilan Allah. Adanya surga dan neraka adalah wujud keadilan Allah. Keadilan abadi ada diakherat kelak dimana harta tidak akan berguna bahkan bisa menjadi beban yang sangat memberatkan.
Jika saat ini kita melihat bagaimana hukum manusia demikian tajam terhadap orang miskin tetapi sangat tumpul ketika berhadapan dengan orang kaya dan penguasa maka janganlah menjadikan kita berfikir bahwa Tuhan tidak adil karena semua sudah disiapkan balasan yang setimpal diakhirat kelak. Adanya balasan diakhirat terhadap amal baik dan buruk adalah wujud keadilan Allah terhadap manusia. Tanpa ada balasan amal diakhirat tentunya hidup didunia menjadi tidak adil bagi orang biasa yang tidak berharta dan berkuasa. Semoga bermanfaat.
Wallahu a`lam.