SPR, Kendala dan Tantangannya

Sentra Peternakan Rakyat (SPR)

Keberadaan SPR atau Sentra Peternakan Rakyat diharapkan mampu menjawab tantangan terjaminnya pasokan ternak sapi dari dalam negeri sendiri. Diharapkan dengan berkembangnya SPR-SPR diseluruh Indonesia, ketergantungan terhadap ternak sapi impor bisa sedikit demi sedikit dikurangi meskipun sepertinya mustahil jika dihapuskan 100% keberadaan impor sapi.

Sapi impor memang masih menjadi andalan untuk memenuhi supply daging dalam negeri karena terbatasnya ketersediaan sapi lokal. Keterbatasan populasi sapi lokal terbukti dan sangat jelas terlihat pada saat tiba-tiba harga sapi di pasar hewan naik tinggi saat ada pembatasan impor sapi. Fenomena ini memang mencerminkan ketidakseimbangan supply demand ternak sapi saat sapi impor dikurangi.

Sentra Peternakan Rakyat adalah ajang pembuktian program pemerintah untuk meningkatkan populasi ternak lokal dimasa mendatang. Memang bukan proyek instan karena untuk mendapatkan satu ekor pedet butuh hitungan waktu satu tahun secara rata-rata, itupun jika calving intervalnya bagus. Jika jelek maka akan membutuhkan waktu lebih panjang lagi.
Siaran resmi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) pada 25/9 menyebutkan keterangan Dirjen PKH, Muladno Basar tentang Sentra Peternakan Rakyat (SPR). SPR merupakan kawasan yang terdiri dari satu desa atau lebih pada satu kecamatan atau lebih yang mempunyai sumber daya alam untuk kebutuhan hidup ternak (air dan bahan pakan). Muladno menyatakan, selanjutnya SPR dalam satu usaha kolektif yang dikelola satu manajemen. Tujuan SPR adalah sebagai usaha tani ternak rakyat berbadan hukum yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak rakyat, meningkatkan daya saing usaha peternakan rakyat melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran dan penguatan keterampilan peternak.
Sebagai proyek jangka panjang banyak hal yang harus dipersiapkan oleh para peternak maupun kelompok ternak agar Sentra Peternakan Rakyat ini bisa sukses.

Kendala yang dihadapi SPR
Ternyata kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa program SPR tidaklah mudah untuk dijalankan secara instan. Banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah sendiri maupun kelompok ternak dan peternaknya sendiri. Beberapa kendala yang harus dibenahi agar SPR bisa berjalan sesuai harapan:
  • Minimnya pengetahuan dan kemampuan manajemen reproduksi para anggota kelompok ternak
  • Minimnya pengetahuan pakan ternak yang cocok untuk sapi indukan maupun pedet
  • Minimnya pengetahuan manajemen kandang yang baik
  • Minimnya pengetahuan tentang kesehatan ternak, pencegahan penyakit dan pengobatan serta manajemen karantina ternak sakit.
  • Jarang sekali peternak yang melakukan pencatatan segala aktifitasnya
  • Minimnya tenaga penyuluh lapangan
  • dll
Usaha tani ternak didominasi oleh petani ternak rakyat, berdasarkan hasil ST 2013 (Sensus Pertanian) terdapat 4.204.213 Rumah Tangga Peternak (RTP) menguasai lebih dari 98% usaha ternak Nasional. Potret petani ternak rakyat, adalah mengusahakan ternak berskala kecil untuk semua komoditas ternak seperti sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, kuda, babi dan unggas.
Skala usaha peternak rakyat jelas belum memenuhi skala ekonomi, dan ternak dipelihara sebagai tabungan hidup. Ternak biasanya dipelihara dalam pemukiman padat penduduk dan dikandangkan di belakang rumah karena faktor keamanan. Sementara lahan pemeliharaan ternak juga terbatas, sehingga pakan harus dicari di kawasan yang seringkali jauh dari tempat tinggal.

Setiap pelaku peternakan, baik itu perusahaan penggemukan yang mengandalkan sapi impor sebagai bahan baku utama usahanya apalagi peternak lokal memang harus dilibatkan untuk ikut menyukseskan keberadaan Sentra Peternakan Rakyat Ini. Tidak mungkin SPR hanya dijalankan murni oleh pemerintah tanpa keterlibatan swasta karena umunya swata memiliki sarana, modal dan teknologi yang lebih maju daripada peternakan rakyat. Saatnya pengusaha juga ikut berperan dalam memajukan peternakan nasional.


Blog, Updated at: 23:54:00