Bagaimana Cara Mudah Mengobati Pedet Yang Terserang Mencret? Bagaimana Pula Cara Mencegah Diare?
Diare (bahasa Inggris: diarrhea) adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Diare merupakan gejala penyakit yang sering dialami oleh pedet dan seringkali berakhir dengan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Diare pedet secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu diare non infeksius (akibat kesalahan dalam pemberian pakan, dsb.) dan diare infeksius (akibat infeksi mikroorganisme). Mikroorganisme penyebab diare pada pedet adalah virus, bakteri dan protozoa. Virus penyebab diare pedet biasanya dai golongan rotavirus, coronavirus dan BVD. Bakteri yang sering menyebabkan diare pada pedet adalah E.coli, Salmonella dan Clostridium, sedangkan dari golongan protozoa adalah Cryptosporidia dan Coccidia.Adanya diare menyebabkan pedet mengalami dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) dengan cepat. Derajat dehidrasi pedet dapat diperkirakan dengan melihat gejala yang tampak pada pedet. Selain itu derajat dehidrasi dapat diprediksi dengan melakukan uji elastisitas kulit, caranya dengan melakukan penarikan / pencubitan kulit di daerah leher. Pada pedet yang normal kulit akan kembali seperti ke keadaan semula dalam waktu kurang dari 2 detik.Cara Mencegah Diare atau Mencret Pada Pedet
- Hindari tempat melahirkan yang kotor, basah dan lembab.
- Celuplah tali pusar pedet menggunakan larutan iodine tincture
- Pastikan pedet yang baru lahir mendapatkan kolostrum yang berkualitas baik dengan jumlah yang cukup. Antibody yang terkandung dalam kolostrum merupakan pertahanan utama pedet yang baru lahir hingga system imunitas pedet tersebuit berkembang.
- Pisahkan pedet dari induk atau saapi dewasa lainnya.
- Isolasi pedet yang mengalami diare secepat mungkin.
- Bersihkan dan desinfeksi lingkungan kandang.
- Lakukan vaksinasi untuk dara atau induk saat bunting.
Pertolongan pertama yang harus diberikan pada pedet yang mengalami dehidrasi adalah dengan memberikan cairan elektrolit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Cairan elektrolit dapat diberikan secara oral untuk mengatasi diare yang menyebabkan dehidrasi ringan, sedangkan untuk diare berat pelu dilakukan pemberian cairan pengganti secara intravena oleh dokter hewan atau paravet. Cairan pengganti yang diberikan secara oral sebenarnya sudah banyak disediakan di pasaran dengan berbagai merek, tetapi apabila tidak tersedia dapat juga dibuat sendiri.
Cairan pengganti Untuk Pedet Diare atau Mencret
Bahan atau komponen yang harus terkandung dalam cairan pengganti untuk kasus diare adalah:
Air
Merupakan komponen wajib dalam cairan pengganti. Karena sebagian besar komponen penyusun cairan tubuh adalah air.
Sodium/Natrium (Na+)
Merupakan ion ekstraseluler yang sangat dibutuhkan dalam system metabolisme tubuh. Idealnya cairan pengganti mengandung 70-145 mmol/L (< 3,3 g/L). terlalu banyak ataupun kekurangan sodium akan berakibat buruk juga untuk pedet.
Glukosa (Dextrosa)
Merupakan sumber energi. Adanya glukosa dalam cairan pengganti juga akan membantu dalam proses penyerapan Sodium (Na). Kandungan Glukosa sebaiknya tidak lebih dari 200 mmol/L (atau < 36 g/L). terlalu banyak glukosa menyebabkan perubahan osmolaritas larutan (mjd hipertonik) yang malah bisa berakibat penarikan cairan tubuh keluar dari jaringan tubuh ke lumen usus.
Glysine
Merupakan asam amino non essential . Kandungan total sebaiknya tidak lebih dari 145 mmol/L (10,9 g/L).
Alkali
Berguna untuk menurunkan derjat keasaman (mengurangi metabolic acidosis). Senyawa yang sering dipakai adalah bicarbonate, citrate, lactate, acetate atau propionate yang berikatan dengan Na (Natrium bicarbonate dst.) Pemberian larutan yang menggunakan bicarbonate dan citrate tidak boleh berdekatan dengan waktu pemberian susu karena dapat menghambat penggumpalan casein dalam abomasum. Kandungan senyawa alkalis sebaiknya 50 – 80 mmol/L.
Potassium/Kalium (K+) dan Chloride (Cl–)
Merupakan ion penting yang berperan dalam pengaturan pH darah dan kontraksi otot. Kandungan Kalium sebanyak 20 – 30 mmol/L dan Chloride 50 -100 mmol/L
Berapa Kebutuhan Elektrolit atau Cairan Pengganti Pedet yang Diare? Ini Cara Menghitungnya!
Untuk menentukan berapa banyak cairan pengganti yang harus diberikan adalah berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami pedet (table di atas) dan berat badan pedet.
Contoh:
Pedet diare dengan berat badan 30 kg mengalami dehidrasi 7%.
Jumlah cairan elektrolit yang perlu ditambahkan untuk mengoreksi 7% dehidrasi adalah:
= 30 X 0,07 = 2,1 liter
Jumlah susu yang dibutuhkan pedet (10% dr Berat badan)
= 30 x 0,1 = 3 liter
Jadi jumlah cairan yang harus diberikan (elektrolit + susu) adalah = 5 liter/hari
Cairan elektrolit pengganti cairan tubuh saat ini sudah banyak dijual dipasaran dengan berbagai merek. Tetapi bila tidak tersedia atau kesulitan untuk mendapatkannya dapat dibuat sendiri dengan bahan yang sangat sederhana.
Bahan:
1 sendok garam dapur
2 sendok baking soda (Soda kue)
1 sachet agar serbuk
1 sachet kaldu sapi
Cara Pemakaian: Larutkan bahan tersebut dalam air sehingga didapatkan larutan sebanyak 2 liter. Berikan larutan tersebut perlahan-lahan menjadi 2-3 kali pemberian. Pemberian susu minimal lebih dari 2-3 jam sebelum atau sesudah pemberian larutan pengganti karena adanya kandungan bicarbonate.
Antibiotik
Antibiotik berspektrum luas dapat diberikan untuk kasus diare yang disebabkan oleh bakteri , misalnya salmonella. Penggunaan antibiotik perlu dipertimbangkan pula mengenai residu antibiotik dalam tubuh pedet.
Vaksinasi
Vaksinasi dilakukan pada induk yang bunting atau setelah pedet lahir untuk mencegah terjadinya diare. Vaksinasi untuk Rotavirus, Coronavirus, E. coli biasa diberikan pada 6 dan 3 minggu sebelum kelahiran. Vaksin E coli untuk pedet usia beberapa jam setelah lahir juga sudah tersedia di pasaran.
Plus Minus Antibiotika Dan Vaksin Untuk Cegah Diare Pada Pedet
Diare pada bayi sapi ini bisa disebabkan penyakit kolibasilosis akibat terpapar bakteri entero-toksigenik escerichia coli (ETEC) dan vero-toksigenik escerichia coli (VTEC) yang biasa terdapat pada kondisi lingkungan peternakan di Indonesia.Bayi sapi yang terserang bakteri yang biasa ada di sumber air, di tanah maupun udara ini selain akan mengalami mencret-mencret dengan tinja cair berwarna kuning, juga membuat bayi sapi dehidrasi, lemas dan berujung pada kematian.
Vaksin Diare Terkait besarnya angka kematian pedet akibat diare ini, Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian sejak tahun 1990-an melakukan penelitian tentang pencegahannya dan sudah menghasilkan vaksinnya pada tahun 2000-an.
Proses registrasi vaksin, menurut Kepala Bidang Kerja sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian BB Litvet Dr Bambang Ngaji Utomo, sudah dilakukan sejak 2015 dan sudah dilakukan uji mutu di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan.
Dengan demikian sekarang ini, sertifikatnya sudah keluar dan tinggal menunggu keluarnya izin edar untuk diproduksi massal oleh PT Caprifarmindo Laboratories, sehingga diharapkan tiga bulan lagi vaksin ini sudah bisa diedarkan di masyarakat.
Vaksinasi, kata Kepala Seksi Kerjasama BB Litvet Dr Andriani, dilakukan pada sapi induk bunting pada usia kebuntingan tujuh bulan dan sekali lagi pada dua minggu sebelum melahirkan, dengan demikian susu kolostrum yang dihasilkan si induk mengandung antibodi bagi anaknya.
Vaksin ETEC+VTEC ini mampu memberikan kekebalan pada anak sapi hingga 90 persen dan sanggup menurunkan potensi kematian anak sapi hingga tinggal satu persen, ujarnya.
Vaksin ini juga mempunyai keunggulan menggunakan isolat lokal, sehingga sangat sesuai dalam mengantisipasi penyebab diare di peternakan di berbagai daerah di Indonesia. Ini, lanjut dia, akan memberikan kekebalan optimal pada anak sapi yang sedang tumbuh.
Ia menyayangkan para peternak yang selama ini mengatasi kejadian diare pada anak sapi dengan antibiotik, padahal kini seperti dilaporkan sejumlah riset, sejumlah antibiotik sudah resisten terhadap bakteri e-coli penyebab diare.