Keistimewaan Lahan Gambut, Fungsi, Kelebihan dan Kekurangannya


Penyebab Lahan Gambut Tidak Subur dan Mudah Terbakar Serta Ciri-cirinya

Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Gambut juga bermanfaat untuk mencegah kekeringan, banjir dan pencampuran air asin untuk irigasi di area pertanian. Lahan gambut di wilayah tropis menyimpan karbon yang paling banyak. Lahan gambut adalah bentang lahan yang tersusun oleh tanah hasil dekomposisi tidak sempurna dari vegetasi pepohonan yang tergenang air sehingga kondisinya anaerobik. Material organik tersebut terus menumpuk dalam waktu lama sehingga membentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan lebih dari 50 cm.
Tanah gambut merupakan jenis tanah yang terjadi akibat proses pembusukan tidak sempurna. Struktur dari tanah ini berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan, ketidaksempurnaan proses pembusukan biasanya disebabkan karena tingginya kadar asam pada daerah tersebut. Proses pembusukan tidak sempurna inilah yang menjadi penyebab tanah gambut kurang subur untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
Gambut bisa menyimpan air hingga 3-4 kali dari beratnya sendiri. Hal ini terjadi karena kandungan bahan organic yang menyusun tanah gambut. Bisa dibayangkan berapa ton atau liter air yang akan hilang ketika lahan gambut dikeringkan. Dari sisi ekologi, lahan gambut sendiri menjadi rumah bagi berbagai flora fauna yang belum tentu bisa kita jumpai di vegetasi lain.
Lahan gambut, tanah gambut, lahan yang tidak subur, lahan gambut mudah terbakar, sifat lahan gambut, ciri-ciri dan manfaat lahan gambut, lokasi lahan gambut terbesar, lahan gambut sebagai sumber energi

Di Indonesia sendiri keberadaan tanah ini sering dijumpai di daerah-daerah becek dan berawa seperti Kalimantan, Papua, dan Sumatera.
Menjaga lahan gambut yang sehat dan utuh sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim. Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, gambut akan menyerap sebagian besar air sehingga banjir tidak lebih buruk. Air di lahan gambut menjadi tempat tinggal ikan. Ikan penting sebagai sumber makanan dan pendapatan.
Ciri-ciri tanah gambut
Tanah gambut memiliki ciri sebagai berikut:
  • •Daerah yang memiliki jenis tanah gambut seringkali digenangi air.
  • •Memiliki kandungan garam tinggi.
  • •Ketebalan mencapai setengah meter lebih.
  • •Berwarna hitam kecoklat-coklatan.
  • •Pembusukan dari bahan organik yang terkandung di dalamnya tidak sempurna.
Penyebab Tanah Gambut Kurang Subur Untuk Digunakan Sebagai Lahan Pertanian

Dari ciri-ciri di atas dapat kita ketahui bahwa struktur tanah dengan ciri tersebut tidak cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Meskipun ada tumbuhan yang mampu hidup dalam kondisi tanah seperti ini namun jenis tumbuhan tersebut sangat tertentu.

Manfaat Lahan gambut

Meskipun tidak cocok digunakan sebagai lahan pertanian, tanah gambut tetap masih bisa dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu kegunaan tanah gambut yakni sebagai sumber energi.

Dalam pemanfaatan tanah gambut sebagai sumber energi memiliki proses yang cukup sederhana, pada dasarnya struktur tanah yang terdiri dari bahan organik tersebut di peras dan di tekan guna mengeluarkan kandungan air yang terdapat di dalamnya. Setelah kandungan air berkurang gambut kemudian dijemur.

Hasil dari sebagai bahan bakar rumah tangga dalam keperluan memasak. Bahkan di negara Firlandia keberadaan lahan gambut ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Gambut).

Dari uraian di atas semoga dapat menambah wawasan kamu mengenai pengertian tanah gambut, ciri-ciri tanah gambut, penyebab tanah gambut kurang subur, serta manfaat lahan gambut yang dapat kita jadikan inspirasi.

Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar. Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 miliar terajoule.(Wikipedia)

Mengapa Lahan Gambut Mudah Terbakar?
Gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir. Gambut terbentuk ketika bumi menghangat sekitar tahun 9.600 Sebelum Masehi. Gambut yang terbentuk pada sekitar tahun tersebut dikenal sebagai gambut pedalaman. Seiring meningkatnya permukaan laut, terbentuklah gambut di daerah delta (daratan sekitar sungai) dan pantai. Berbeda dengan gambut pedalaman, gambut di daerah ini mengandung kandungan mineral dari air sungai dan pantai akibat pasang surut air laut dan air sungai. Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.
Tanah gambut sendiri sebenarnya memiliki beberapa fungsi diantaranya penyimpan carbon, penyimpan air, menjaga keanekaragaman hayati daerah basah, serta untuk agrikultura. Kandungan bahan organic yang tinggi membuat gambut menjadi penyimpan carbon yang sangat besar. Dilema lahan gambut yaitu dalam kondisi tergenang, gambut akan mengeluarkan gas Metana. Sedangkan jika dikeringkan melalui kanalisasi, proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat sehingga akan terjadi emisi carbon dalam jumlah besar.

Gambut bisa menyimpan air hingga 3-4 kali dari beratnya sendiri. Hal ini terjadi karena kandungan bahan organic yang menyusun tanah gambut. Bisa dibayangkan berapa ton atau liter air yang akan hilang ketika lahan gambut dikeringkan. Dari sisi ekologi, lahan gambut sendiri menjadi rumah bagi berbagai flora fauna yang belum tentu bisa kita jumpai di vegetasi lain.

Pembuatan kanal merupakan cara untuk menghilangkan air yang menggenangi tanah gambut. Nantinya tanah gambut yang kering akan bisa ditanami dengan jenis-jenis pohon tertentu dengan treatment khusus. Bahkan lahan gambut menjadi lahan potensial untuk menerapkan system agroforestry untuk meningkatkan produktivitas lahannya. Namun disisi lain pengeringan tanah gambut akan membuatnya mudah terbakar. Kebakaran tanah gambut bukanlah api yang berkobar diatas permukaan tanah namun bara api yang terus menjalar didalam tanah, sehingga sangat sulit untuk memadamkannya ketika sudah terjadi kebakaran.

Lapisan bahan organic yang tebalnya bisa mencapai lebih dari 3m membuat penentuan titik api menjadi sangat sulit. Metode pemadaman yang diterapkanpun berbeda dengan pemadaman pada umumnya. Proses pemadaman api ditanah gambut akan efektif jika dilakukan dengan alat khusus yang dapat menyuntikkan air ke dalam tanah. Namun permasalahan yang sering kali dihadapi dalam upaya pemadaman yaitu sulitnya mendapatkan air dilokasi dan panasnya tanah yang diinjak oleh petugas pemadam.
Ekosistem lahan gambut juga rapuh. Gangguan di pinggir kubah gambut saja dapat mempengaruhi hidrologi seluruh lanskap. Ketika vegetasi alami di atas tanah telah habis ditebang dan kubah telah kering, sering kali untuk pembangunan industri pertanian, tanah gambut akan mengering dengan cepat dan menjadi mudah terbakar. Kebakaran lahan yang sering melanda lahan luas di Sumatera, Kalimantan dan, baru-baru ini, Papua terkonsentrasi di lahan gambut yang telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan kayu untuk industri. Sekitar setengah lahan gambut Indonesia telah terdegradasi sehingga mengakibatkan tingkat kebakaran tahunan yang menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $16 juta hingga akhir tahun 2015, menghasilkan emisi gas efek rumah kaca harian lebih besar dari seluruh ekonomi Amerika Serikat setiap hari , dan mengakibatkan 100.000 kematian dini, analisis menunjukkan bahwa lahan gambut yang dibudidayakan mulai tenggelam. Akibatnya, seluruh negara semakin rentan akan banjir dimana-mana dan berpotensi kehilangan kawasan yang dapat digunakan untuk produksi pertanian dalam beberapa dekade.
Hingga kini tanah gambut masih menjadi dilema bagi pemerintah Indonesia. Potensi pemanfaatan tanah gambut sama besarnya dengan potensi kebakaran yang mengancam. Hal ini yang membuat kita harus hati-hati dalam pengelolaan gambut. Sebenarnya kebakaran dilahan gambut bisa diminimalisir jika penegakan hukum bagi oknum pembakar lahan dilaksanakan secara baik.


Blog, Updated at: 02:40:00