Mengenal Cara dan Keunggulan Teknik Embrio Transfer Untuk Meningkatkan Populasi Ternak, Apa Perbedaan TE Dengan Inseminasi Buatan atau IB?
Transfer embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor hewan betina yang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami implantasi, kepada seekor betina yang bertindak sebagai penerima sehingga resepien tersebut menjadi bunting.
Perbedaan Transfer Embrio dan IB. Inseminasi buatan (IB) adalah kemajuan tekhnologi peternakan di bidang meningkatkan mutu genetic tahap pertama yang mempunyai teknik memasukkan mani/ semen kedalam alat reproduksi ternak betina yang bertujuan agar dapat membuahi sel telur tersebut agar terjadi kebuntingan. Inseminasi Buatan dilakukan pada saat sapi mengalami estrus (birahi). Sapi yang menerima inseminasi buatan ini disebut dengan Akseptor. Sedangkan pengertian Transfer Embrio adalah kemajuan tekhnologi peternakan dibidang meningkatkan mutu genetic tahap kedua yang mempunyai teknik memasukkan embrio yang sudah fertile ke dalam tubuh induknya, Transfer Embrio ini dilakukan pada hari ke 7 setelah ternak sapi mengalami birahi dan pada ternak kerbau pada hari ke 5 setelah estrus. Sapi yang menerima transfer embrio ini disebut dengan Resepien.Transfer embrio adalah suatu metode buatan dalam perkawinan dengan cara membentuk embrio dari seekor betina induk unggul, yang disebut donor, kemudian dipindahkan dan dicangkokkan ke dalam saluran reproduksi induk betina lainnya dalam spesies yang sama, yang disebut resipien (Bedirian et al. 1977)
Di samping ditransfer secara langsung embrio dapat dibekukan atau dimanipulasi guna menghasilkan kembar identik. Embrio paruh yang dihasilkan dapat ditransfer atau sebagai bahan untuk menentukan jenis kelamin. Pada teknik in vitro, sumber sel telur umumnya berasal dari ovarium yang berasal dari hewan yang telah dipotong. Dibeberapa Negara maju, limbah rumah potong hewan (RPH) tersebut, setelah melalui serangkaian teknik tertentu teryata terbukti telah secara komersial dapat meyediakan embrio bagi penyediaan ternak potong. Dengan bantuan ultrasonografi, teknik “ovum pick-up” telah dapat diterapkan guna menyediakan oosit ternak unggul yang masih produktif tanpa harus menunggu di potong.
Tabel Perbedaan TE dan IB
Transfer
Embrio
|
Inseminasi
Buatan
|
Genetik unggul dari pejantan unggul dan induk
unggul
|
Genetik unggul hanya dari pejantan
|
Untuk mendapatkan galur murni hanya cukup satu
kali periode beranak (1 tahun) kemurnian 100%
|
Untuk mendapatkan galur murni harus mencapai
generasi ke 5 (15 tahun) itupun hanya 96%
|
Harus diselektif terlebih dahulu
|
Dapat dilakukan secara massal
|
Tujuan untuk perbibitan
|
Tujuan budidaya dan perbibitan
|
1 ekor induk bisa menghasilkan 20-30 embrio yang
bisa dititipkan ke sapi resepien
|
1 ekor induk menghasilkan keturunan 1 ekor/tahun
|
Untuk melakukan program thiwwing /kelahiran ganda
|
Proses dan Teknik Transfer Embrio
Prinsip dasar dari transfer embrio meliputibeberapatreatmen/perlakuan dengan menggunakani teknik-teknik lainnya, yaitu superovulasi, oestrus synchronization (Sinkronisasi Birahi), artificial insemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) danembrio/eggs transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985)Tahapan utama Transfer Embrio adalah:1. Induksi superovulasi.2. Sinkronisasi estrus.3. Pemanenan embrio.4. Klasifikasi embrio.5. Peyimpanan embrio dan kultur.6. Kriopreservasi.7. Transfer Embrio.Teknik yang berhubungan dengan Transfer Embrio adalah:1. In vitro Fertilisasi2. Mikromanipulasi.3. Sexing (karyotyping, DNA-PCR menthod)4. Cloning.
Sebelum dilakukan transfer, dilakukan produksi embrio. Menurut Udrayana (2011)produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.
1.Produksi embrio in vivodilakukan dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat di dalamuterus (rahim) sapi betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina yang lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze embryo).
Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi,yaitu suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur (ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi(memasukkan sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2 hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah ituhasilnya dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien.
Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Sedangkan menurut Asrul superovulasi menggunakan hormon gonadotropin, seperti FSH (Follicle Stimulating Hormonr) atau PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin). Penyuntikan hormon itu akan meningkatkan jumlah corpusluteum
2.Produksi embrio in vitrodilakukan dengan cara melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut pembuahan di luar tubuh.
Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi betina yang telah dipotong di rumah potong hewan.
Setelah diperoleh banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus, selanjutnya dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam cawan petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi sel-sel telur tadi ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup).
Fertilisasi sempurna akan berlangsung sekitar 22 jam. Hasil fertilisasi kemudian ditumbuhkembangkan dalam media khusus dan diamati pembelahan sel-nya hingga hari ke 6-8 atau pada saat terbentuknya blastocyst. Kemudian dilakukan evaluasi embrio dengan melaksanakan grading. Embrio yang memiliki kualitas A dan B kemudian dibekuan, untuk disimpan dalam waktu yang lama.
Pada dasarnya, embrio dapat hidup di tempat yang memenuhi syarat kehidupannya. Embrio yang sedang tumbuh membutuhkan sulplai makanan dari dirinya sendiri selama beberapa waktu, kemudian akan tergantung pada sekelilingnya, dalam hal ini tergantung pada rahim tempatnya berkembang.
Penanganan harus mengupayakan rahim calon induk memiliki kondisi yang sama dengan kondisi rahim yang menghasilkan embrio, atau menyiapkan kondisi rahim induk untuk dapat memelihara embrio yang akan diterimanya.
Perlakuan yang disiapkan untuk induk calon penerima embrio tentu harus esktra hati-hati, Pemberian hormon reproduksi dengan dosis dan waktu yang tertentu, pakan yang berkualitas baik serta manajemen pemeliharaan calon induk, mutlak harus dilakukan untuk memperoleh kondisi rahim yang baik dan siap menerima embrio dari luar.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang teliti, kondisi rahim calon induk dinyatakan siap untuk menerima embrio, barulah dilakukan pemindahan (transfer) embrio kedalam rahim tersebut.
Program yang sedang dikembangkan dan menghasilkan perolehan cukup baik adalah kombinasi antara inseminasi buatan (IB) dengan transfer embrio (TE). Dengan kombinasi ini akan diperoleh kelahiran kembar (satu anak hasil IB dan satu anak lagi yang berasal dari TE).
Pada prinsipnya, seekor induk yang mengalami puncak birahi, dilakukan inseminasi seperti pada umumnya, kemudian hari ke-7 setelah inseminasi dilakukan TE tanpa perlu perlakuan khusus (Udrayana, 2011)
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Transfer embrioKeunggulan dan Kelebihan Transfer Embrio
· Kualitas Embrio.· Medium Transfer.· Sinkronisasi estrus donor dengan resipien.· Infeksi.· Penempatan embrio dalam uterus.· Metode non operasi dan teknisi.· Resipien, dara atau induk.· Status nutrisi resipien.
Pada proses reproduksialami, dalam satu tahun betina hanya bisa bunting sekali dan hanya mampu menghasilkan 1 anak (atau 2 anak bila terjadi kembar).
Menggunakan teknologi transfer embrio, betina unggul tidak perlu bunting dan menunggu satu tahun untuk menghasilkan anak. Betina unggul hanya berfungsi menghasilkan embrio yang selanjutnya ditransfer(dititipkan) pada induk resipien yang memiliki kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai kemampuan untuk bunting.
Manfaat dan keuntungan dari pelaksanaan transfer embrio adalah sebagai berikut:Embrio yang digunakan untuk transfer embrio dapat berupa embrio segar atau embrio beku (freezing embrio).
- Meningkatkan mutu genetik ternak dalam waktu relatif pendek (mempertinggikapasitas produksi sapi betina induk atau dara dan pejantan (bull).
- Meningkatkan penyediaan sumber bibit unggul.
- Memanfaatkan sapi lokal yang kurang unggul untuk menghasilkan keturunan yang unggul.
- Meningkatkan pendapatan masyarakat (Anonim., 2009).
Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat disimpan lama sebagai stok dan dapat dibawa ke daerah-daerah yang membutuhkan. Sedangkan embrio segar hanya dapat ditransfer pada saat produksi dilokasi yang berdekatan dengan donor.
Perbaikan mutu genetik TE lebih efisien daripada dengan IB. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal dari pejantan unggul sedangkan dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan dan induk yang unggul.
Diolah dari berbagai sumber