Burung Kuau Raja Pemilik "Seratus Mata"
Jenis burung yang memiliki nama ilmiah Argusianus argus ini oleh IUCN dimasukkan dalam kategori hampir terancam atau “Near Treatened”. Artinya, burung kuau raja mendekati terancam punah. Selain itu burung kuau raja diganjar “Apendix II” oleh CITES sehingga apabila perdagangan terus dilakukan tanpa adanya pengaturan maka akan terancam kepunahan. Jenis burung ini dapat ditemukan di Semenanjung Malaysia, Kalimantan dan Sumatera. Burung kuau raja biasanya bersifat soliter atau ditemukan sendiri. Ditemukan berpasangan apabila dalam periode reproduksi atau pada masa kawin. Burung kuau raja adalah penghuni hutan primer dengan kondisi yang masih sangat alami. Mereka sangat jarang ditemukan di areal hutan yang terganggu.
Tubuh burung kuau jantan umumnya lebih besar dengan corak yang lebih menarik dibanding kuau betina. Berat seekor kuau jantan dapat mencapai 11,5 kg dengan panjang tubuh mendekati 2 meter (mulai dari ujung kepala sampai ujung ekor). Meskipun sayapnya tampak kuat, jenis burung yang dapat digolongkan dalam satu suku dengan ayam bekisar ini tidak dapat terbang jauh. Bulu ekor burung ini umumnya berjumlah 12 lembar, sepasang di antaranya dapat tumbuh lebih panjang.
Kulit di sekitar kepala dan leher pada kuau jantan berwarna biru dan tidak ditumbuhi bulu. Pada bagian occipital (bagian belakang kepala) kuau betina mempunyai bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lubang hidung berwarna kehitaman. Iris mata berwarna merah. Warna kakinya kemerahan dan tidak mempunyai taji.
Suaranya sangat lantang dan dapat terdengar hingga lebih dari satu mil. Kuau jantan dan betina dapat dibedakan dari suaranya. Suara kuau jantan mempunyai interval pengulangan yang pendek. Sedangkan kuau betina mempunyai suara pengulangan dengan interval semakin cepat dan terakhir suaranya panjang. Kuau juga dapat bersuara untuk menandakan adanya bahaya. Ciri suaranya pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Burung kuau raja selain berukuran sangat besar pun memiliki bulu bermotif bundaran-bundaran menyerupai mata berwarna cerah dan berbintik-bintik keabu-abuan, apalagi ketika bulu ekornya dikembangkan. Karena itulah Carolus Linnaeus kemudian memberikan nama ilmiah Argusianus argus kepada burung kuau raja. Argus sendiri merupakan sosok raksasa bermata seratus dalam mitologi Yunani.
Burung kuau besar (kuau raja) ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Sumatera Barat mendampingi pohon Andalas (Morus macroura) yang ditetapkan sebagai flora identitas. Sayangnya burung berukuran besar dan berbulu indah ini termasuk salah satu burung langka di Indonesia meskipun IUCN Redlist ‘hanya’ memasukkannya dalam kategori Near Threatened.
Burung kuau raja atau kuau besar yang mempunyai nama latin Argusianus argus ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Great Argus. Sedangkan dalam bahasa lokal, burung yang di Indonesia mendiami pulau Sumatera dan Kalimantan ini selain dikenal sebagai kuau juga kerap dipanggil ‘kuang’.
Kuau Raja atau dalam nama ilmiahnya Argusianus argus adalah salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau Raja mempunyai bulu berwarna coklat kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Menurut kamus ensiklopedia umum, Wikipedia, Nama ilmiah dari burung kuau raja adalah Argusianus argus,Inilah salah satu burung berukuran 'raksasa' yang jarang kita dengar namanya. Sang jantan berukuran sekitar 120 cm, sementara si betina lebih kecil yaitu 60 cm. Bentuk tubuh burung kuau raja (Argusianus argus) indah dan spesifik menjadikan burung kuau raja (Argusianus argus) mudah dikenali. Tubuhnya dibalut dengan bulu-bulu yang panjang berwarna dasar kecokelatan dengan bundaran-bundaran warna cerah berbintik-bintik keabu-abuan.
Burung Kuau Raja Sedang memamerkan seratus matanya |
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Galliformes; Famili: Phasianidae; Genus: Argusianus; Spesies: Argusianus argus.
Jenis burung yang memiliki nama ilmiah Argusianus argus ini oleh IUCN dimasukkan dalam kategori hampir terancam atau “Near Treatened”. Artinya, burung kuau raja mendekati terancam punah. Selain itu burung kuau raja diganjar “Apendix II” oleh CITES sehingga apabila perdagangan terus dilakukan tanpa adanya pengaturan maka akan terancam kepunahan. Jenis burung ini dapat ditemukan di Semenanjung Malaysia, Kalimantan dan Sumatera. Burung kuau raja biasanya bersifat soliter atau ditemukan sendiri. Ditemukan berpasangan apabila dalam periode reproduksi atau pada masa kawin. Burung kuau raja adalah penghuni hutan primer dengan kondisi yang masih sangat alami. Mereka sangat jarang ditemukan di areal hutan yang terganggu.
Kuau raja adalah salah satu jenis burung yang masuk kedalam suku Phasianidae dengan nama ilmiah Argusianus argus. Burung ini mempunyai kemampuan untuk berlari dengan baik, namun bukan berarti mereka tidak bisa terbang. Sebagian besar hidup kuau raja dihabiskan di permukaan tanah. |
Kulit di sekitar kepala dan leher pada kuau jantan berwarna biru dan tidak ditumbuhi bulu. Pada bagian occipital (bagian belakang kepala) kuau betina mempunyai bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lubang hidung berwarna kehitaman. Iris mata berwarna merah. Warna kakinya kemerahan dan tidak mempunyai taji.
Suaranya sangat lantang dan dapat terdengar hingga lebih dari satu mil. Kuau jantan dan betina dapat dibedakan dari suaranya. Suara kuau jantan mempunyai interval pengulangan yang pendek. Sedangkan kuau betina mempunyai suara pengulangan dengan interval semakin cepat dan terakhir suaranya panjang. Kuau juga dapat bersuara untuk menandakan adanya bahaya. Ciri suaranya pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Burung kuau raja selain berukuran sangat besar pun memiliki bulu bermotif bundaran-bundaran menyerupai mata berwarna cerah dan berbintik-bintik keabu-abuan, apalagi ketika bulu ekornya dikembangkan. Karena itulah Carolus Linnaeus kemudian memberikan nama ilmiah Argusianus argus kepada burung kuau raja. Argus sendiri merupakan sosok raksasa bermata seratus dalam mitologi Yunani.
Burung kuau besar (kuau raja) ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Sumatera Barat mendampingi pohon Andalas (Morus macroura) yang ditetapkan sebagai flora identitas. Sayangnya burung berukuran besar dan berbulu indah ini termasuk salah satu burung langka di Indonesia meskipun IUCN Redlist ‘hanya’ memasukkannya dalam kategori Near Threatened.
Burung kuau raja atau kuau besar yang mempunyai nama latin Argusianus argus ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Great Argus. Sedangkan dalam bahasa lokal, burung yang di Indonesia mendiami pulau Sumatera dan Kalimantan ini selain dikenal sebagai kuau juga kerap dipanggil ‘kuang’.