Keunggulan Sapi Madura Sebagai Sapi Asli Indonesia Yang Layak Dikembangkan Terus
Menjelang lebaran haji biasanya sapi jenis ini sangat dicari pedagang hewan kurban. Hal ini bukan tanoa alasan karena dari tahun ke tahun ukuran sapi kurban yang dicari pembeli sapi kurban adalah sapi dengan ukuran kecil tetapi sudah cukup umur. Dan sapi madura memenuhi syarat ini.
Makin kecilnya ukuran hewan atau sapi kurban sangat terkait erat dengan terus naiknya harga sapi lokal dari tahun ke tahun. Jika sebelumnya dengan budget 12 jutaan kita sudah dapat seekor sapi kurban ukuran kecil, sekarang untuk mendapatkan sapi kurban dengan ukuran yang sama budgetnya sudah harus di atas 14 jutaan. Inilah salah satu keunggulan sapi kurban yang sangat laku jika menjelang hari raya Idul Adha.
Keunggulan lain sapi Madura memiliki tulang kecil sehingga dalam hal persentase daging atau meat yield sangat bagus. Kualitas daging sapi Madura jantan juga super dengan warnanya yang merah cerah dan sedikit lemak bahkan hampir bisa dikatakan lean alias tanpa lemak.
Sapi Madura juga merupakan jenis sapi yang tahan dengan kondisi cuaca panas dan juga adaptasi pakan yang bagus meskipun dengan jenis pakan yang jelek.
Dengan berbagai keunggulan tersebut maka layak jika sapi Madura harus semakin dikembangkan dan diternakkan baik di pulau Madura sebagai asal sapi tersebut maupun didaerah lainnya.
Didalam banyak literature peternakan, sapi Madura dikenal sebagai salah satu bangsa sapi tropis yang ada di dunia, berkembang baik dipulau Madura dan sekitarnya. Populasi sapi Madura mencapai 600.000 ekor lebih sehingga menjadikan pulau Madura sebagai pulau dengan tingkat kepadatan ternak sapi “terpadat di dunia”.
Tercatat dalam sejarah, Kongres dokter hewan dan ahli peternakan Indonesia di Pamekasan tahun l925 menghasilkan keputusan yang menjadi cikal bakal staadblaat No.57 tahun l934 yang mengatur diantaranya tentang pemurnian sapi Madura di Pulau Madura dan sapi bali. Revisi staadblaat No.57 tahun l934 dengan UU No.6 tahun l976 tentang pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan dan terakhir direvisi kembali dengan UU No.l8 tahun 2009 tentang Kesehatan Hewan dan Peternakan masih mencantumkan pasal Pemurnian sapi Madura di Pulau Madura, artinya kebijakan terhadap pemurnian sapi Madura sebagai salah satu kekayaan plasma nutfah tetap dipertahankan. Hal tersebut diperkuat pula dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3735/kpts/Hk.040/11/2010 tanggal 23 november 20l0 penetapatan sapi Madura sebagai rumpun ternak lokal Indonesia.
Sapi Madura Ber- SNI
Seperti dikutip dari Trobos.com, sebanyak 17% sapi Madura yang mengikuti uji performans lolos SNI dan diberikan SKLB (Surat Keterangan Layak Bibit). Uji performans yang dilakukan tahun 2015 lalu itu membuktikan kelayakan sapi Madura untuk dikembangkan.
Kepala UPT Pembibitan Ternak dan Keswan Madura, Indra Subekti mencatat tahun 2015 tak kurang dari 16 kelompok ternak telah dijadikan sasaran pelaksanaan uji performans. Dari 16 kelompok tersebut, lebih dari 800 ekor ternak yang telah diukur dan dicatat dalam setahun. “Di Madura daratan, tak kurang dari 560-an ekor telah kami ukur dan sekitar 35%-nya kami terbitkan SKLB,” tambah Indra.
Pada 2014, kata Indra, telah dilakukan pengukuran dan pencatatan Sapi Madura di Pulau Sapudi yang menjadi sentra wilayah pembibitan Sapi Madura dan di Madura daratan. Di Pulau Sapudi telah diukur sebanyak 2.211 ekor Sapi Madura.
Menurut Indra, sebenarnya uji performans massal telah dilakukannya sejak 2010. menyampaikan saat itu lebih dari 5.000 ekor ternak yang telah disertakan dalam pengujian.
“Datanya pun lengkap, sehingga bisa kita gunakan untuk pengambilan kebijakan pengembangan Sapi Madura ke depan.” ungkap Indra.
Uji performans merupakan upaya mutu genetik ternak dengan jalan memilih ternak berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan uji performan ini erat kaitannya dengan kegiatan pengukuran ternak dan recording (pencatatan).
Kerjasama Pengembangan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Pelaihari dan UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Madura milik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyusun sejumlah langkah pengembangan Sapi Madura.
Kerjasama kedua lembaga pemerintah itu berupa pelaksanaan penjaringan sapi Madura unggul yang hasilnya akan ditampung oleh BPTU HPT dan akan dikembangkan sebagai calon pejantan atau indukan unggul. Penjaringan ternak unggul dilakukan di UPT dan Kelompok Ternak, bukan di pasar hewan.
Selain itu UPT mewacanakan pertukaran Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) antar kedua UPT tersebut, sehingga seluruh pihak saling bertanggung jawab terhadap pengembangan sapi Madura.
Tohir, Kepala BPTU HPT Pelaihari menyampaikan bahwa sinergitas antara dua UPT dilakukan untuk menggenjot populasi dan produkstivitas sapi Madura.
“Sinergi antara dua UPT milik pemerintah yang bergerak di bidang pembibitan ternak sapi Madura ini sangat penting dilakukan dan sangat perlu untuk terus diupayakan. Kita perlu bertanggung jawab bersama terhadap pengembangan Sapi Madura,” ungkap Tohir saat mengunjungi Kelompok Ternak Aljannah Bluto-Sumenep, Madura, Rabu (25/5).
Wasbitnak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Abdurrahman Arraushany menjelaskan sapi Madura merupakan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) asli Indonesia yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.
“Awalnya, sapi jenis ini hanya berkembang biak di pulau Madura dan beberapa pulau di sekitarnya, dan sejumlah wilayah di Jawa Timur yang memiliki populasi suku Madura cukup banyak seperti Jember, Bondowoso, dan Pasuruan,” kata Abdurrahman.
Saat ini, Sapi Madura tercatat telah menyebar ke beberapa provinsi lain seperti Provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Meski kalah pamor dengan Sapi Bali, sapi Madura memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan dan menjadi sumber protein hewani masyarakat Indonesia.
Sejarah Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil pembauran berbagai bangsa type sapi potong yaitu antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan Zebu (Bos indicus). Pejantan yang pernah dimasukkan ke pulau Madura termasu bangsa Bos taurus antara lain Red Denis, Santa Gestrudis dan pejantan persilangan antara Shorthorn dengan Brahman yang kesemuanya memiliki warna merah coklat.
Sapi Madura adalah sapi potong tipe kecil merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong indigenus dan suseptable pada lingkungan agroekosistem kering dan berkembang baik di pulau Madura. Issue menunjukkan terjadinya penurunan produktivitas akibat seleksi negatif yaitu pemotongan sapi produktif/tampilan yang baik, faktor inbreeding yang disebabkan selama ini pulau Madura merupakan wilayah tertutup untuk sapi potong lain.
Kemampuan produktivitas komoditas sapi Madura yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan lahan kering, relatih tahan terhadap penyakit dan kesuaian selera masyarakat. Keragaman genotip sapi Madura cukup beragam dan memiliki kisaran berat badan 300 kg dan pada pemeliharaan kondisi baik untuk perlombaan mampu mencapai 500 kg, dan memiliki persentase karkas sampai 60 %, efsiensi reproduksi cukup rendah, disamping itu sapi Madura memiliki nilai sosiobudaya digunakan atau dilombakan sebagai sapi Kerapan dan sapi Sonok (pajangan).
Menjelang lebaran haji biasanya sapi jenis ini sangat dicari pedagang hewan kurban. Hal ini bukan tanoa alasan karena dari tahun ke tahun ukuran sapi kurban yang dicari pembeli sapi kurban adalah sapi dengan ukuran kecil tetapi sudah cukup umur. Dan sapi madura memenuhi syarat ini.
Makin kecilnya ukuran hewan atau sapi kurban sangat terkait erat dengan terus naiknya harga sapi lokal dari tahun ke tahun. Jika sebelumnya dengan budget 12 jutaan kita sudah dapat seekor sapi kurban ukuran kecil, sekarang untuk mendapatkan sapi kurban dengan ukuran yang sama budgetnya sudah harus di atas 14 jutaan. Inilah salah satu keunggulan sapi kurban yang sangat laku jika menjelang hari raya Idul Adha.
Keunggulan lain sapi Madura memiliki tulang kecil sehingga dalam hal persentase daging atau meat yield sangat bagus. Kualitas daging sapi Madura jantan juga super dengan warnanya yang merah cerah dan sedikit lemak bahkan hampir bisa dikatakan lean alias tanpa lemak.
Sapi Madura juga merupakan jenis sapi yang tahan dengan kondisi cuaca panas dan juga adaptasi pakan yang bagus meskipun dengan jenis pakan yang jelek.
Dengan berbagai keunggulan tersebut maka layak jika sapi Madura harus semakin dikembangkan dan diternakkan baik di pulau Madura sebagai asal sapi tersebut maupun didaerah lainnya.
Didalam banyak literature peternakan, sapi Madura dikenal sebagai salah satu bangsa sapi tropis yang ada di dunia, berkembang baik dipulau Madura dan sekitarnya. Populasi sapi Madura mencapai 600.000 ekor lebih sehingga menjadikan pulau Madura sebagai pulau dengan tingkat kepadatan ternak sapi “terpadat di dunia”.
Tercatat dalam sejarah, Kongres dokter hewan dan ahli peternakan Indonesia di Pamekasan tahun l925 menghasilkan keputusan yang menjadi cikal bakal staadblaat No.57 tahun l934 yang mengatur diantaranya tentang pemurnian sapi Madura di Pulau Madura dan sapi bali. Revisi staadblaat No.57 tahun l934 dengan UU No.6 tahun l976 tentang pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan dan terakhir direvisi kembali dengan UU No.l8 tahun 2009 tentang Kesehatan Hewan dan Peternakan masih mencantumkan pasal Pemurnian sapi Madura di Pulau Madura, artinya kebijakan terhadap pemurnian sapi Madura sebagai salah satu kekayaan plasma nutfah tetap dipertahankan. Hal tersebut diperkuat pula dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3735/kpts/Hk.040/11/2010 tanggal 23 november 20l0 penetapatan sapi Madura sebagai rumpun ternak lokal Indonesia.
Sapi Madura Ber- SNI
Seperti dikutip dari Trobos.com, sebanyak 17% sapi Madura yang mengikuti uji performans lolos SNI dan diberikan SKLB (Surat Keterangan Layak Bibit). Uji performans yang dilakukan tahun 2015 lalu itu membuktikan kelayakan sapi Madura untuk dikembangkan.
Kepala UPT Pembibitan Ternak dan Keswan Madura, Indra Subekti mencatat tahun 2015 tak kurang dari 16 kelompok ternak telah dijadikan sasaran pelaksanaan uji performans. Dari 16 kelompok tersebut, lebih dari 800 ekor ternak yang telah diukur dan dicatat dalam setahun. “Di Madura daratan, tak kurang dari 560-an ekor telah kami ukur dan sekitar 35%-nya kami terbitkan SKLB,” tambah Indra.
Pada 2014, kata Indra, telah dilakukan pengukuran dan pencatatan Sapi Madura di Pulau Sapudi yang menjadi sentra wilayah pembibitan Sapi Madura dan di Madura daratan. Di Pulau Sapudi telah diukur sebanyak 2.211 ekor Sapi Madura.
Menurut Indra, sebenarnya uji performans massal telah dilakukannya sejak 2010. menyampaikan saat itu lebih dari 5.000 ekor ternak yang telah disertakan dalam pengujian.
“Datanya pun lengkap, sehingga bisa kita gunakan untuk pengambilan kebijakan pengembangan Sapi Madura ke depan.” ungkap Indra.
Uji performans merupakan upaya mutu genetik ternak dengan jalan memilih ternak berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan uji performan ini erat kaitannya dengan kegiatan pengukuran ternak dan recording (pencatatan).
Kerjasama Pengembangan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Pelaihari dan UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Madura milik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyusun sejumlah langkah pengembangan Sapi Madura.
Kerjasama kedua lembaga pemerintah itu berupa pelaksanaan penjaringan sapi Madura unggul yang hasilnya akan ditampung oleh BPTU HPT dan akan dikembangkan sebagai calon pejantan atau indukan unggul. Penjaringan ternak unggul dilakukan di UPT dan Kelompok Ternak, bukan di pasar hewan.
Selain itu UPT mewacanakan pertukaran Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) antar kedua UPT tersebut, sehingga seluruh pihak saling bertanggung jawab terhadap pengembangan sapi Madura.
Tohir, Kepala BPTU HPT Pelaihari menyampaikan bahwa sinergitas antara dua UPT dilakukan untuk menggenjot populasi dan produkstivitas sapi Madura.
“Sinergi antara dua UPT milik pemerintah yang bergerak di bidang pembibitan ternak sapi Madura ini sangat penting dilakukan dan sangat perlu untuk terus diupayakan. Kita perlu bertanggung jawab bersama terhadap pengembangan Sapi Madura,” ungkap Tohir saat mengunjungi Kelompok Ternak Aljannah Bluto-Sumenep, Madura, Rabu (25/5).
Wasbitnak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Abdurrahman Arraushany menjelaskan sapi Madura merupakan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) asli Indonesia yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.
“Awalnya, sapi jenis ini hanya berkembang biak di pulau Madura dan beberapa pulau di sekitarnya, dan sejumlah wilayah di Jawa Timur yang memiliki populasi suku Madura cukup banyak seperti Jember, Bondowoso, dan Pasuruan,” kata Abdurrahman.
Saat ini, Sapi Madura tercatat telah menyebar ke beberapa provinsi lain seperti Provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Meski kalah pamor dengan Sapi Bali, sapi Madura memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan dan menjadi sumber protein hewani masyarakat Indonesia.
Sejarah Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil pembauran berbagai bangsa type sapi potong yaitu antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan Zebu (Bos indicus). Pejantan yang pernah dimasukkan ke pulau Madura termasu bangsa Bos taurus antara lain Red Denis, Santa Gestrudis dan pejantan persilangan antara Shorthorn dengan Brahman yang kesemuanya memiliki warna merah coklat.
Sapi Madura adalah sapi potong tipe kecil merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong indigenus dan suseptable pada lingkungan agroekosistem kering dan berkembang baik di pulau Madura. Issue menunjukkan terjadinya penurunan produktivitas akibat seleksi negatif yaitu pemotongan sapi produktif/tampilan yang baik, faktor inbreeding yang disebabkan selama ini pulau Madura merupakan wilayah tertutup untuk sapi potong lain.
Kemampuan produktivitas komoditas sapi Madura yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan lahan kering, relatih tahan terhadap penyakit dan kesuaian selera masyarakat. Keragaman genotip sapi Madura cukup beragam dan memiliki kisaran berat badan 300 kg dan pada pemeliharaan kondisi baik untuk perlombaan mampu mencapai 500 kg, dan memiliki persentase karkas sampai 60 %, efsiensi reproduksi cukup rendah, disamping itu sapi Madura memiliki nilai sosiobudaya digunakan atau dilombakan sebagai sapi Kerapan dan sapi Sonok (pajangan).