Urutan Fase-fase Proses Kelahiran Pedet (Anak Sapi) dan Cara Mengatasi Distochia

Inilah Urutan (Stadium) Proses Kelahiran Anak Sapi, Bagaimana Cara Mengatasi Induk Yang Sulit Melahirkan (Distochia) dan Apa Penyebabnya?

Proses melahirkan bayi adalah peristiwa yang besar, baik bagi manusia maupun pada hewan ternak, tidak terkecuali pada ternak sapi. Masa mengandung induk sapi memang mirip dengan waktu mengandung pada manusia yaitu sekitar sembilan bulan lebih sedikit. Proses kelahiran pedet atau anak sapi sangat dinanti-nantikan oleh para peternak sapi yang bergelut dibidang pengembangbiakkan atau breeding.

Segala daya upaya, biaya dan waktu tunggu yang cukup lama seolah terbayar lunas saat anak sapi yang dilahirkan bisa sehat dan sesuai harapan peternak. Memang secara umum lebih banyak breeder yang berharap pedet yang lahir adalah pedet jantan, hal ini lumrah saja karena harga pedet jantan memang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga pedet betina.

Secara garis besar, tanda-tanda sapi mau melahirkan dan tindakan pertama yang bisa dilakukan saat pedet lahir adalah sebagai berikut:
  • Ambing calon induk sai sudah turun dan putingnya mengeras
  • tulang pelvis dan dua tulangyang menonjol di punggung bagian belakang, legoknya (tingkat kecekungannya) mulai dalam
  • mulai keluar lendir
  • dua minggu menjelang kelahiran, biasanya ternak makan sangat rakus dan maunya enak" aja... menjelang kelahiran, nafsu makan terjun bebas, sapi kadang tidak doyan makan, harus diwaspadai karena bisa menyebabkan Milk Fever ...
  • sapi maunya jauh" dari teman"nya ...naluri sebagai seorang ibu ingin melindungi anaknya
  • menjelang kelahiran, biasanya tidur - bangun - tidur - bangun sambil mengendus" tempat yang cocok buat bersalin
  • menjelang kelahiran, siapkan jerami kering secukupnya, yodium tinctur/obat merah/betadine dan kain kering
  • menjelang beranak, kita pantau vaginanya ... bila air ketubannya sudah pecah, segera cermati kalau" pedetnya perlu dibantu keluarnya dengan cara ditarik
  • Saat kelahiran, angkat kaki depan pedet sehingga kepala pedet ada dibawah beberapa saat. tali pusat dicuci dengan yodium tinctur/betadine lalu diika dengan cara disimpilkan ... beri yodium tincur/betadine lagi
  • 10. dekatkan pedet pada induk agar dipijat dan dikeringkan badannya. berperan dalam memperlancar pembuluh darah
  • bila induknya tidak mau menjilati, segera kita lap pedet tadi sampai kering
  • 15 menit kemudian, pedet akan berdiri dan berjalan mencari puting induknya ...
  • bila induk tidak mau menyusui, peras air susunya minimal 1liter untuk pedet.
  • minimal 0,5 liter di dua jam pertama harus disusukan, sisanya disimpan dalam pendingin, dilanjurkan dengan 0,5 liter seleihnya 4 jam kemudian
  • bila sudah lepas kolostrum, dapat dilakukan pembelian pedet > 7 hari ... dipelihara bersama dengan 1 - 2 pedet lain yang dibeli dari tempat lain. 
Apa Itu Distokia? Distokia pada sapi ialah suatu keadaan dimana sapi mengalami kesulitan melahirkan. Kejadian distokia pada sapi diperkirakan sebesar 3,3%; tragedi ini lebih banyak pada ternak sapi perah dibandingkan pada sapi potong. Kasus distokia umumnya terjadi pada induk yang gres pertama kali beranak, induk yang masa kebuntingannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat dikawinkan, binatang yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim. (wikipedia.org).
Stadium persiapan atau permulaan
Pada stadium ini, terjadi aktivitas dari urat daging, uterus berupa kontraksi. Intensitas serta frekwensi. Kontraksi urat daging uterus pada tahap ini diawali dari ujung depan (cranial) cornus uteri, sehingga menyebabkan isi uterus terdorong ke belakang kearah serviks. Isi uterus yang terdiri dari fetus, cairan, allantois dan amnion serta selaputnya masuk ke dalam serviks yang telah rilek dan akhirnya mudah membuka.

Secara hormonal, kontraksi ini timbul karena pengaruh jumlah estrogen yang meningkat dan penurunan jumlah progesterone. Kontraksi uterus pada tahap permulaan ini terjadi setiap 10 – 15 menit sekali dan berlangsung lebih kurang selama 15 – 30 detik, yang makin lama menjadi lebih sering, lebih kuat, dan lebih lama. Stadium ini pada ternak sapi dapat dilampaui selama setengah jam sampai dengan satu hari atau 24 jam, namun rata-rata sekitar 2 – 6 jam. Stadium ini diakhiri dengan membuka dan meluasnya serviks hingga menyamai luas vagina atau vulva. Dari vulva dapat dilihat kantong alantois yang menyembul ke luar menyerupai balon atau kantong plastik berisi air. Pada akhirnya kepala fetus dan kedua kaki depan masuk ke dalam ruang pelvis.


Gambar 1. Pra Partus

Stadium Pengeluaran Fetus
Pada stadium ini perejanan tidak saja karena adanya kontraksi uterus, tetapi juga dibantu oleh adanya kontraksi urat daging perut dan diafragma. Stadium ini juga ditandai oleh adanya reptura kantong allantois dan masuknya fetus ke dalam saluran kelahiran, serta diteruskan dengan keluarnya fetus melalui vulva. Pada saat kedua kaki fetus melewati vulva, kantong amnion pecah. Pada saat kepala, bahu dan pinggul fetus memasuki ruang pelvis. Perejanan berlangsung terus menerus dan kontraksi abdominal juga semakin meningkat. Perejanan akan beristirahat sesaat, setelah kepala fetus melewati vulva, dan akan kembali merejan dengan kuat saat dada dan tubuh fetus lainnya melalui jalan kelahiran.

Proses kelahiran tersebut di atas adalah proses kelahiran normal (etokia) di mana fetus terletak pada kedudukan longitudinal anterior dengan kepala tertumpu pada tulang-tulang metacarpal dan lutut kaki depan lurus. Selain itu termasuk letak normal juga apabila fetus berada pada kedudukan longitudinal posterior dengan kaki belakang lurus kejalan kelahiran (letak sungsang). Pada kedua letak tersebut di atas, fetus dapat lahir dengan sendirinya tanpa bantuan. Sedang posisi lain diluar posisi tersebut di atas, biasanya berakhir dengan kesulitan kelahiran (distokia).



Gambar 2. Proses Kelahiran
Posisi induk pada saat melahirkan umumnya berbaring, namun tidak jarang pula anak lahir dalam keadaan induk berdiri, terutama pada kerbau. Stadium pengeluaran fetus ini dapat berlangsung singkat dan dapat juga berlangsung lama, tergantung dari kesehatan induk, kesehatan fetus dan juga sudah berapa kali si induk beranak. Pada ternak yang sering beranak, umumnya proses kelahiran akan berlagsung lebih cepat dibandingkan dengan induk ternak yang baru pertama kali beranak.

Tali pusar atau chorda umbilicalis akan putus dengan sendirinya, dan apabila tali pusar ini terlampau panjang dikhawatirkan dapat terinjak oleh si anak. Untuk itu, tali pusar dapat digunting dengan gunting yang tajam dan steril, sisakan lebih kurang 10 Cm kearah perut. Bekas luka potongan diolesi dengan yodium tincture atau antiseptic lainnya untuk mencegah terjadinya infeksi. Tali pusar ini akan mongering dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih 2 – 3 minggu kemudian.


Gambar 3. Induk sapi menjilati anak sapi

Stadium Pengeluaran Placenta
Merupakan stadium terakhir dari proses kelahiran, yaitu berupa proses pengeluaran selaput fetus (flacenta) dan kembalinya uterus seperti semula (inolusi uterus) . Setelah stadium kedua atau proses pengeluaran fetus selesai, uterus masih tetap kontraksi, hal ini berguna dalam membantu proses pengeluaran selaput fetus (flacenta). Proses ini berlangsung beberapa jam setelah kelahiran, yaitu antara 3 – 8 jam. Apabila lebih dari waktu tersebut selaput tidak juga keluar, maka hal ini dianggap patologik dan terjadilah retention secundinae (selaput fetus tertahan didalam uterus). Kontraksi uterus yang masih berlangsung, berfungsi untuk melepaskan placenta anak dari pertautannya dengan endometrium, dan volume uterus pun berangsur-angsur mengecil. Vili-vili placenta terlepas dan placenta terdorong kearah serviks.

Placenta dan sisa tali pusar terlihat menggantung di mulut vulva karena beratnya, turut berperan dalam proses pengeluaran placenta. Kecuali hal-hal tersebut di atas, peranan hormon estrogen dan oxitocin juga cukup memegang peranan yang penting. Kedua hormon tersebut mempengaruhi uterus untuk tetap berkontraksi selama proses pengeluaran placenta. Kesehatan induk sangat berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk proses pengeluaran placenta. Demikian pula sistem pemeliharaan ternak pada waktu buntingnya. Ternak yang sering dilepas dan bebas bergerak di padang penggembalaan, proses pengeluaran placentanya semakin singkat. Sedangkan sapi yang sepanjang tahun selalu dikandangkan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam proses pengeluaran placentanya. Tahap akhir dari proses pengeluaran placenta, serviks akan mengeluarkan/ mensekresikan suatu lender yang kental dan lengket yang berfungsi menutup serviks agar terhindar dari masuknya kuman ke dalam uterus.


Gambar 4. Pengeluaran Plasenta

INVOLUTIO UTERUS
Involutio Uterus adalah kembalinya uterus ke dalam semula, setelah induk ternak melahirkan. Kejadian yang dialami uterus setelah proses kelahiran anak beserta pengeluaran placentanya adalah proses regenerasi endostrium, hingga pada suatu saat induk akan segera birahi kembali setelah partus.

Setelah placenta terlepas ke luar, kripta-kripta pada karunkula menjadi semakin dangkal, dan sisa vili placenta anak terlepas dan bercampur serum., cairan limfe dan reruntuhan epitel endometrium yang terdapat di dalam uterus. Pada saat ini, uterus masih tetap berkontraksi walaupun tidak sekuat dan secepat saat placenta masih ada. Kontraksi ini menyebabkan cairan yang ada di dalam lumen uterus keluar.

Satu minggu setelah placenta keluar, karunkula hanya berupa jendolan-jendolan tanpa tangkai yang pada minggu ke empat ukurannya mengecil sebesar karunkula aslinya, yaitu karunkula uterus yang tidak bunting.

Beberapa peneliti memberikan perkiraan berdasarkan pengamatannya, bahwa proses involution uteri berlangsung sekitar 45 – 50 hari dan sapi atau induk ternak dapat dikawinkan kembali sekitar 60 hari setelah melahirkan.

Tips dan Cara Mengatasi Distokia (Induk Sulit Melahirkan)

Ada beberapa cara yang sanggup mengatasi sulit melahirkan pada sapi, yang sanggup dijadikan alternatif biar sapi gampang melahirkan, cara ini boleh dikatakan sudah terkenal dimasyarakat, lantaran ada masyarakat biasa yang melaksanakan hal ini.

Menyiram Induk Sapi dengan air Pada Punggung dan Vulva
Setelah tanda kelahiran sudah erat maka punggung dan vulva disiram dengan air (air biasa).Mungkin dimaksudkan biar struktur jaringan sapi lebih lentur sehingga gampang ketika kelahiran. Dan juga air yang yang disiramkan sanggup menstimulasi antibody dan sistem saraf sapi biar lebih aktif, sehingga sapi akan berpengaruh dan kegiatan sistem tubuhnya tetap berjalan normal ketika dan sesudah sapi melahirkan.

Menggunakan Daun bambu Yang Masih Muda
Daun inilah yang dipakai masyarakat apabila sapi susah untuk melahirkan. Caranya, dengan memperlihatkan daun bambu yang agak masih muda (bukan yang tua/ kering) kepada sapi yang sulit melahirkan. Atau dapa juga diberikan ketika tanda birahi sudah terlihat. Sedangkan tanda kelahiran sudah terperinci (kaki anak sapi sudah keluar). Mungkin dimaksudkan kalau struktur daun bambu itu berangasan tentu menciptakan rumen berkontraksi lebih cepat sehingga mendorong organ reproduksi sapi kebelakang.

Untuk jumlah yang diberikan janganlah terlalu banyak, jikalau terlalu banyak bisa menimbulkan Prolapsus Uterina (organ reproduksi dalam menyembul keluar melalui vavulva), diakibatkan kontraksi rumen yang terlalu cepat lantaran stimulasi dari kekasaran daun bambu tersebut.

Atau anda bisa kombinasikan kedua cara terbut untuk mendapat hasil yang lebih baik. Kalau kita lihat prinsipnya kedua cara diatas sanggup pula kita apilkasikan kepada ruminansia lainnya ibarat kerbau, kambing, domba dll.


Penanganan Lain Kasus Distokia Bisa Dengan Cara:
  • Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus biar normal dengan cara didorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi)
  • Penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap perejanan.
  • Pemotongan fetus (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang gila tidak bisa diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.
  • Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomi) dengan alat dan kondisi yang steril.
Mutasi sanggup dilakukan melalui repulsi (pendorongan fetus keluar dari pelvis induk atau jalan kelahiran memasuki rongga perut dan rahim sehingga tersedia cukup ruangan untuk pembetulan posisi atau postur fetus dan ektremitasnya), rotasi (pemutaran tubuh pada sumbu panjangnya untuk membawa fetus pada posisi dorsosakral), versi (rotasi fetus pada poros transversalnya yaitu situs anterior atau posterior) dan pembentulan atau perentangan ekstremitas (wikipedia.org).


Waspadai Penyebab Distokia

Ada beberapa faktor terjadinya distochia antara lain :

  • Tulang kemudi induk terlalu sempit sehingga anak susah keluar
  • Kurangnya tenaga induk untuk merejan
  • Ukuran induk terlalu kecil
  • Anak yang akan dikeluarkan terlalu besar
  • Herediter
  • Mal nutrisi
Distokia sanggup disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Aspek induk yang sanggup menimbulkan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akhir gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang menimbulkan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai.

Diolah dari berbagai sumber


Blog, Updated at: 23:48:00