Penyakit Berbahaya Yang Sering Menyerang Pedet

Sebagaimana anak manusia saat bayi atau berusia Balita yang sangat rentan terhadap serangan berbagai jenis penyakit, maka demikian juga dengan pedet atau anak sapi sangat rawan serangan penyakit berbahaya. Beberapa jenis penyakit yang menyerang pedet kadang bisa membuat pedet mati, beberapa lagi mengakibatkan pertumbuhan pedet terganggu dan banyak lagi efek negatif serangan penyakit pada pedet ini.



Sebagai peternak pemula, jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang pedet wajib diketahui, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit berbahaya yang ganas dan  mematikan. Hal ini penting karena kerugian yang ditimbulkan akibat pedet terkena penyakit banyak sekali antara lain:
  • Pedet menjadi kurus
  • Nafsu makan turun drastis
  • Loyo
  • Mati
Boleh dikatakan, upaya mencegah pedet terkena penyakit adalah hal pokok dalam pemeliharaan pedet. Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang pedet, penyebabnya, cara pencegahan dan pengobatnnya.

Cacingan
Cacingan disebabkan oleh berbagai jenis cacing, biasanya akibat dari kandang yang kotor, pakan yang kotor, sanitasi kandang yang buruk dan air minum pedet yang jorok atau bercampur kotoran. Efek cacingan bisa terlihat dengan semakin kurusnya pedet dan membuncitnya perut. Cacingan juga bisa ditandai dengan berdirinya bulu-bulu pada pedet dan terlihat kusam tidak mengkilat.

Pengobatan bisa dengan berbagai jenis obat cacing yang banyak dijual di toko-toko peternakan atau pertanian.  Tersedianya obat cacing, umumnya hanya berkhasiat terhadap stadium dewasa, kurang berkhasiat untuk stadium larva dan telur. Untuk mencegah cacingan datang lagi, jaga kebersihan kandang, air minum dan Pakan pedet. 

Berdasarkan beberapa literatur, menurut Tuimin (2009), menyatakan bahwa Toxocara vitulorum, merupakan cacing askarid. Stadium dewasanya banyak dijumpai pada anak sapi (pedet). Akibat dari penyakit cacingan (toxocariasis) sangat menekan produktivitas ternak, berarti menjadi beban ekonomi bagi peternak secara berkepanjangan jika tidak dilakukan pengendalian. Walaupun demikian penyakit parasit cacing khususnya cacing saluran pencernaan yang sering dijumpai pada pedet adalah gangguan parasit usus. Salah satu jenis parasit usus yang sering dilaporkan menyerang pedet muda adalah toxocariasis. Parasit cacing ini menimbulkan kerugian yang cukup besar, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Toxocariasis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di negara tropik dengan kelembaban tinggi.

Diare / Mencret
Diare ini sebenarnya merupakan akibat dari penyakit yang biasanya menyerang pencernaan pedet. Kadang diakibatkan adanya radang pada usus sehingga pencernaan pedet terganggu sehingga timbul mencret atau diare ini.

Beberapa Cara Bisa Dilakukan Untuk Mengatasi Diare Yang Menyerang Pedet

  • Pedet yang terserang diare akan banyak kehilangan cairan tubuh sehingga perlu tindakan mengembalikan cairan tubuh pedet dengan memberikan cairan elektrolit/oralit dan susu secara bergantian dan juga mengurangi konsumsi susu karena susu bisa menstimulasi bakteri ikutan.
  • Pemberian suntikan antibiotik karena 80% diare disebabkan karena infeksi bakteri, kemudian menambahkan Vitamin C sebagai antistress. Jika pedet tidak mau makan, maka harus ditambah multivitamin dan antipiretik jika suhu badannya lebih dari 39,5 celsius. 
  • Sanitasi kandang harus diperbaiki, usahakan kandang selalu dalam kondisi bersih dan kering karena kandang yang buruk sanitasi berpeluang memperparah infeksi. 
  • Langkah pencegahan agar tidak menular  ke pedet lain adalah segera pisahkan pedet yang terjangkit dengan pedet yang lain
  • Untuk pedet-pedet yang semakin berkurang aktifitasnya atau tambah lesu dan loyo perlu tindakan medis atau penanganan dari petugas kesehatan hewan.

Radang paru-paru
Penyakit Radang paru-paru adalah infeksi paru-paru dan telah menyebabkan banyak kematian. Cacing paru-paru merupakan penyebab dengan menginfeksi paru-paru. Pedet yang dapat bertahan radang paru-paru, memerlukan waktu lama untuk sembuh. Biasanya akan terjadi gangguan pertumbuhan dan produktifitas yang rendah saat telah mulai berproduksi (Thau, 2004).

Penyakit radang paru-paru bisa menyebabkan kematian pada anak sapi umur 3-8 minggu. Manajemen pemeliharaan ternak yang tidak baikseperti penempatan hewan selamanya dalam kandang saja, tempat yang lembab dan berdebu, ventilasi udara yang tidak baik, berbagi umur dalam satu kandang, penempatan ternak terlalu banyak dalam satu kandang, dan pedet yang tidak mendapatkan banyak kolostrum merupakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya radang paru-paru dalam suatu peternakan. Penyakit ini muncul karena adanya bakteri, virus, jamur, dan parasit (Yusmichad, 1995).

Gejala yang ditimbulkan apabila pedet terserang radang paru-paru adalah pedet biasanya batuk-batuk, pernapasan cepat dan suhu badan naik hingga 39°C atau lebih, mata tidak bercahaya, nafsu makan hilang, bulu-bulu kasar dan kering, dan keluar cairan yang berbau dari lubang hidungnya.

Pencegahan paling penting adalah penyediaan lokasi pemeliharaan yang bersih hangat dan tidak lembab, sirkulasi yang baik, dan cukup mendapat sinar matahari. Pedet yang sakit sebaiknya dipindahkan dari yang sehat atau dibuat kandang tersendiri yang kering dan hangat. Pengobatan yang dapat dilakuakan adalah pemberian antibiotik sesuai dosis yang dianjurkan.

Bloat / Kembung
Penyakit yang satu ini sangat berbahaya jika sampai menyerang pedet, karena bloat ini sebenarnya akibat dari adanya penyakit lain yang menyerang sekitar bagian dalam perut terutama bagian pencernaan. Kesulitan mengobati bloat pada pedet adalah jika tidak bisa mendiagnosa secara tepat penyakit yang menyerang pencernaan pedet.

Gejala yang timbul saat pedet bloat / kembung:
  • Perut bagian kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong, persis ketika kita merasa kembung.
  • Ternak merasa tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya
  • Ternak sulit bernafas atau bernafas melalui mulut
  • Sering berkemih/kencing
  • Mengejan
  • Pada kasus yang berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati.
Umumnya bloat juga disebabkan karena pakan yang dikonsumsi pedet terutama adalah pakan hijauan segar karena hijauan segar biasanya sangat disukai pedet tetapi pemberiannya harus hati-hati memperhatikan faktor-faktor berikut ini:

  • Pakan yang berupa hijauan segar sangat disukai ternak, dengan kondisi perut yang lapar di pagi hari, tingkat asupan rumput akan semakin tinggi. Ternak akan sangat lahap mengkonsumsi hijauan yang langsung masuk ke dalam rumen.
  • Pakan hijauan yang dipanen pada umur tanaman saat masih muda memiliki kandungan nutrisi puncak. Nutrisi yang tinggi ini juga sangat digemari oleh mikroba.
  • Pemanenan atau pemotongan pakan atau tanaman/hijauan di pagi hari memiliki kandungan embun dan air yang tinggi yang sering diasosiasikan sebagai pemicu bloat.
  • Musim juga berpengaruh terhadap komposisi nutrisi pakan pedet yang berupa hijauan. Rumput/Legum/Hijauan di awal musim hujan sedang berada pada tahap pertumbuhan pesat dan nutrisi tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya kejadian bloat pada awal musim hujan. Dimana setelah melewati musim kemarau, ternak kangen terhadap rumput segar dan mengkonsumsinya dengan lahap.
  • Rumput atau Legume yang baru diberi pupuk juga sedang dalam kondisi pertumbuhan pesat dan nutrisi tinggi. Jenis leguminosae (kacang-kacangan) tertentu ditenggarai dapat memicu bloat selain karena kandungan protein yang tinggi. Hal ini akan memicu aktivitas mikroba yang tinggi di dalam rumen. Sedangkan aktivitas mikroba yang tinggi akan meningkatkan produksi gas dan pada gilirannya mengakibatkan bloat.

Demikian beberapa penyakit yang sering menyerang pedet. Semoga bermanfaat

Referensi:
Coleman, S.W. and Moore J.E. 2003. Feed Quality and animal performance. Field Crops Res84:17-29.

Darmanto, Dede. 2009. Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria Humidicola dan Kulit Singkong pada Level yang Berbeda. [Skripsi]. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.


Ernawani, 1991. Pengaruh Tatalaksana Pemerahan Terhadap Kualitas Susu Kambing. Media Peternakan Vol 15: 38-46. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.


Forrest, J.C., E. D. Aberle, H. B. Hedrick, M. D. Judge & R. A. Merkel. 1975. Principles of Meat Science. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.


Blog, Updated at: 20:39:00