Tidak Masalah
*By Tere Liye
Saya bertemu dengan seorang tukang bangunan berpengalaman. 25 tahun dia jadi tukang. Dia bilang, 'Mas, saya itu bisa bikin rumah buat orang lain. Tapi sampai hari ini, saya belum bisa bikin rumah untuk keluarga sendiri.' Saya terdiam. Saya tahu maksud dia. Lihatlah, dia sudah membangun ratusan rumah, mulai yang biasa sampai megah ada kolam renangnya. Tapi hingga hari ini, dia tetap mengontrak. Belum punya rumah.
Saya bertemu dengan seorang guru. Lagi2, dia guru senior dengan pengalaman panjang. Sambil tersenyum bilang, 'Dari sekolah ini lahir banyak sekali pejabat, pengusaha, orang2 sukses. Sudah pintar2, terkenal, kaya raya.' Guru itu tidak bilang, saat ribuan muridnya telah jauh berpetualang di luar sana, tapi dia tetap di sana saja. Tidak. Tapi sy lagi2 terdiam. Lihatlah, ini situasi yang serupa.
Di sekitar kita itu, tidak semua orang berkesempatan memiliki banyak hal seperti orang lain. Ada yang naik pesawat itu biasa saja, kayak naik angkot, tapi banyak yang naik pesawat itu hanya dalam mimpi. Ada yang tiap malam tidur di hotel berbintang, tapi banyak yang masih nge-kost di kamar 2x3 tanpa jendela.
Tapi tidak masalah, Kawan. Apa masalahnya?
Lihatlah di sekitar kita. Ada pohon mangga, ada pohon pisang, berbuah lebat. Ada pohon yang tidak berbuah. Bahkan pohon mangga sendiri, ada yang manis, lezat, ada yang asam tidak enak dikunyah. Sungguh, itu perumpamaan yang ada di kitab suci.
Dalam hidup ini. Ada pohon yang dilebihkan dari pohon yang lain. Ada yang rasanya lebih enak, ada yang tidak berbuah. Maka sama situasinya, manusia juga begitu, ada yang dilebihkan dari yang lain, ada yang tidak. Itu keputusan mutlak dari yang maha kuasa.
Apakah pohon pernah protes? Tidak.
Tapi kan, pohon tidak bisa bicara, kalau dia bisa bicara, mungkin itu mangga kweni yang asam akan protes, 'Ya Tuhan, kenapa aku asam, sementara pohon sebelahku manis? Padahal kami menyerap air yang sama, tanah yang sama, sinar matahari yang sama?' Sungguh, dek. Tidak. Jika pepohonan bisa bicara, mereka akan patuh, menerima dengan senang hati apapun takdir hidupnya.
Kenapa manusia banyak yang protes? Itulah yang menarik dan spesialnya dari manusia. Kita punya nafsu, emosi, free will. Kita bisa membantah. Kita bisa protes. Itu hadiah dari Tuhan kepada manusia.
Tapi ketahuilah, justru itulah, manusia punya potensi yang lebih mengagumkan lagi. Mereka bisa menerima semuanya bahkan lebih dari sebatang pohon. Hati manusia bisa lebih menakjubkan bahkan dibanding malaikat nan patuh sekalipun.
Tidak masalah sama sekali menjadi jalan bagi orang lain. Kita bangun rumah megah untuk mereka, tapi kita sendiri tidak punya rumah. Jadi guru yang spesial, murid2 kita maju dan sukses sekali, 30-40 tahun, saat pensiun, kita tetap di situ2 saja. No problem at all, my friend. Karena kita fokus saja bekerja yang terbaik. Amanah. Tulus.
Masalah rezeki, materi, dunia, wah, itu biarlah Tuhan yang memutuskan. Siapa yang mau dilebihkan. Kita menerimanya dalam kepatuhan mengagumkan. Selalu bersyukur. Hingga malaikat termangu melihatnya, 'Lihat, lihatlah manusia itu. Bagaimana mungkin dia tetap bersyukur atas apapun yang menimpa dan dia miliki sekarang?' Aduh, aduh, dalam situasi apapun dia tetap bersyukur. Itu sangat menakjubkan. Pohon. Gunung. Bahkan malaikat tidak bisa menandinginya.
*Tere Liye, penulis novel 'RINDU'
**repost tulisan lama