Hantu Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) India Mengancam Peternakan Indonesia


Bahaya Penyakit Mulut Dan Kuku Saat Menyerang Sapi, Kambing, Domba, dan Kerbau,  Cara Mengobati dan Mencegah PMK

Industri Peternakan Kerbau di India kembali diserang wabah PMK dengan intensitas yang cukup tinggi. Kondisi ini mengundang kekhawatiran pemerintah RI tentang kemungkinan virus PMK ikut terbawa daging kerbau impor yang masuk ke Indonesia sehingga dirjen peternakan perlu berkirim surat ke pemerintah India untuk menjamin keamanan daging kerbau impor yang masuk negara kita.
Secara umum PMK menyerang hewan yang berkuku genap. Seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, gajah, jerapah, dan menjangan. PMK disebabkan oleh virus yang sangat kecil yaitu berdiameter lebih kurang 20 milimikron.
Sejak tahun 1990 Indonesia telah diakui oleh OIE sebagai negara yang terbebas dari PMK. Sebuah prestasi besar bila mengingat besarnya perjuangan berbagai kalangan yang tanpa lelah selama 12 tahun sejak dari tahun 1974 sampai tahun 1986 membumihanguskan PMK dari bumi Ibu Pertiwi. Berdasarkan data PMK pernah "menetap" di Indonesia. Pertama kali "singgah" tahun 1887 di daerah Malang Jawa Timur. Merupakan sebuah kerugian yang nyata bila kemudian penyakit ini kembali masuk di Indonesia.
Bila PMK sampai merebak lagi di Indonesia maka kerugian yang akan ditanggung mencapai Rp 70 triliun dalam tahun pertama, kerugian lain adalah akan menurunnya tingkat ekspor ke Luar negeri akibat kecurigaan negara-negara tujuan ekspor terhadap kemungkinan produk ekspor Indonesia tercemar PMK. Akibat lain adalah industri kita akan mengalami kelesuan dan menurunnya citra bangsa Indonesia di mata negara-negara lain. Persiapan menghadapi kemungkinan munculnya PMK secara tiba-tiba di dalam negeri telah dilakukan. Namun lebih penting lagi adalah penyebaran infomasi yang seluas dan sedini mungkin dengan sasaran-sasaran yang tepat untuk membangun suatu kesiagaan darurat dalam wujud kewaspadaan umum (public awareness 
Seperti apa sebenanrnya bahaya penyakit mulut dan kuku ini sehingga dunia peternakan demikian serius menanggapi wabah PMK di India? Apa saja kerugian yang bisa ditimbulkan sebagai akibat serangan PMK?

Apa Itu Penyakit PMK?

Penyakit Mulut dan Kuku (biasa disingkat PMK) merupakan penyakit epizootika yang menyerang ternak besar, terutama sapi dan babi. Variasi penyebutannya adalah Penyakit Kuku dan Mulut atau singkatan nama bahasa Inggrisnya, FMD (dari foot and mouth disease, juga disebut hoof and mouth disease).
Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh picorna virus. Hospes penyakit mulut dan kuku ini dapat menyerang pada golongan ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, domba, dan juga babi (Anonim1., 2008).

Genus dari Aphthovirus menyebabkan penyakit mulut dan kuku (PMK). Terdapat tujuh serotype dari virus PMK yang telah diidentifikasi melalui uji serologi dan perlindungan silang; virus itu dinyatakan dengan O (Oise) dan A (Allemagne); C (sebagai antisispasi bahwa O dan A mungkin akan dinamai kembali untuk memungkinkan persamaan tipe selanjutnya A, B, C, dst); SAT1, SAT2, SAT3(South African territories) dan Asia1. Secara historis tiap tipe sudah dibedakan lagi menjadi subtipe berdasarkan beda kualitatif. Keragaman antigenik ini disebut heterogenitas antigen. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam penggunaan vaksin, karena vaksin spesifik pada serotipe tapi tidak pada subtipe. Di Indonesia pernah terjadi wabah PMK akibat adanya tipe O11 (Fenner F.J. et. al.,2011).

Berdasarkan laporan dari Tribune India, PMK tengah mewabah di salah satu sentra peternakan kerbau terbesar di India, yakni di Punjab. Adapun, 85% dari total populasi penduduk di kawasan tersebut memiliki usaha peternakan kerbau. Hal itu menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia, yang pada tahun ini memutuskan untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau dari India.
Bahaya dan Kerugian Akibat PMK
  • (a) Penurunan produktivitas kerja ternak.
  • (b) Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah, dan menelan pakan. Bahkan pada kasus yang sangat parah ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas.
  • (c) Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terkena PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor mampu beranak lima ekor karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%.
  • (d) Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerja di pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
  • (e) Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.
Secara klinis hewan yang terkena PMK dapat diketahui dari tanda-tanda berikut: lesu dan lemah, suhu tubuh meningkat (dapat mencapai 41 derajat celcius), keluar air liur secara melimpah, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot hidup berkurang, produksi susu menurun bagi ternak penghasil susu, dan tingkat kesakitan sampai 100%.

Tingkat kematian pada hewan dewasa umumnya rendah. Namun, biasanya tinggi pada hewan muda akibat myocarditis. Tanda khas PMK adalah lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang bersisi cairan limfe pada rongga mulut, lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki, dan di ambing susu.

Gejala Klinis PMK

Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung pada kondisi dan factor virulensi dari Penyakit mulut dan kuku tersebut. Gejala klinis yang mula-mula terlihat antara lain:
  • Suhu tubuh meningkat dan akan terlihat jelas pada sapi yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari fase viremia dari virus picorna virus. Dan biasanya suhu tersebut akan turun setelah terbentuknya lepuh-lepuh.
  • Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan didalam mulut sehingga menyebabkan meningkatnya saliva dalam mulut sehingga terbentuk busa disekitar bibir.
  • Lepuh tersebut juga dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran.
  • Pada tracak biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut. Lepuh yang terjadi menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada hewan yang menderita, sehingga menyebabkan hewan tersebutmalas bergerak dan hanya mau berbaring.
  • Kesembuhan dari lesi yang tidak mengalami komplikasi akan berlangsung dengan cepat berkisar antara 1-2minggu, namun apabila ada infeksi skunder maka kesembuhan akan tertunda (Anonim1., 2008).
  • Gejala umum PMK pada ternak ditandai dengan adanya kelesuan, suhu tubuh meningkat dan mencapai 410C, hypersalivasi (keluarnya air liur yang berlebihan), nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang dan semua gejala tadi terjadi serentak pada suatu kelompok hewan/ternak · Tanda klinis khusus penyakit ini berupa adanya lepuh-lepuh berupa penonjolan berisi cairan bening hingga kuning keruh kemerahan dan dapat dengan mudah terkelupas. Lepuhlepuh ini sering ditemukan pada bagian lidah, bibir, mucosa pipi, gusi, langit-langit mulut, ujung kaki, teracak dan ambing pada hewan betina (Anonim2., 2009).

Sejarah Wabah PMK Di Indonesia

Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur, kemudian penyakit menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Kampanye vaksinasi massal memberantas PMK dimulai tahun 1974 sehingga pada periode 1980-1982 seolah PMK telah hilang. Tetapi tahun 1983 muncul lagi di Jawa Tengah dan menular kemana-mana. Melalui program vaksinasi secara teratur setiap tahun, wabah dapat dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul lagi.

Pada tahun 1986 Indonesia menyatakan bebas PMK. Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku PMK disebabkan oleh virus dari genus Apthovirus, famili Picornaviridae yang berukuran sekitar 20-25 mikron. Satu-satunya penyebab PMK yang menyerang Indonesia saat ini yaitu virus dari tipe O. Strainnya ialah O1 yang pada wabah tahun 1983 ternyata berubah menjadi lebih kuat sehingga vaksin dari kampanye vaksinasi tahun 1970-an tidak mempan lagi dan harus dicarikan vaksin baru melalui kegiatan penelitian. Mengingat betapa besarnya biaya, tanaga dan waktu yang sudah digunakan dimasa lampau untuk membebaskan nusantara ini dari PMK, perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan agar wabah tersebut tidak terulang lagi di wilayah negeri kita.

Tindakan yang paling menonjol dari langkah-langkah pencegahan yang diambil berbagai negara setelah merebaknya PMK di Inggris adalah mengamankan pintu masuk negara masing-masing dari penularan virus PMK dari daerah epidemik itu. Pers dunia memberitakan larangan-larangan impor produk hewan dan lainnya yang kemungkinan mengandung virus PMK dari Inggris, Perancis dan bahkan Uni Eropa. Juga tindakan-tindakan karantina dan pengamanan lainnya di pelabuhan laut maupun udara.

Tindakan-tindakan pencegahan yang telah dilakukan di Indonesia antara lain Departemen Pertanian melalui Ditjen Bina Produksi Peternakan telah mengeluarkan keputusan melarang impor hewan, bahan asal dan hasil hewan berikut produk ikutannya dari Uni Eropa dan Amerika Selatan. Meskipun berbagai pihak keberatan dengan kebijakan itu tetapi Departemen Pertanian bertahan tetap melaksanakannya.

Preventif - Cara Mencegah Penyakit Mulut dan Kuku

Cara pencegahannya adalah dengan vaksinasi secara berkala pada hewan ternak. Vaksinasi akan memberikan kekebalan pada hewan ternak sekama 4 bulan hingga 1 tahun lamanya. Mematuhi seluruh prosedur pemasukan ternak dan produk ternak yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tidak memasukan hewan yang peka atau produknya dari negara yang sedang mewabah PMK. Mengikuti prosedur karantina yang berlaku di tempat-tempat pemasukan seperti bandara dan pelabuhan.

Cara Pengobatan PMK

Membersihkan celah kuku dengan cara merendamnya ke dalam cairan atau larutan copper sulphate 3% atau larutan formalin 10 persen. Pengobatan dengan injeksi sulfa atau antibiotik. Selama pengobatan, kaki harus dijaga agar selalu dalam keadaan kering. Hewan tidak terinfeksi harus ditempatkan pada lokasi yang kering dan biarkan berjalan-jalan. Kaki ternak diolesi larutan cuprisulfat 5 % setiap hari selama satu minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali.

Diolah dari berbagai sumber


Blog, Updated at: 16:15:00