Burung Gosong Maluku Burung Gosong Maluku merupakan satu-satunya spesies di dalam genus tunggal Eulipoa.
Burung Gosong Maluku, Jenis Yang Semakin Langka
Pembangunan yang berada di kawasan pantai, polusi dan juga adanya sampah dan juga ekstraksi pasir juga menjadi ancaman burung gosong untuk bertelur. Itu semua diluar ancaman deforestasi serta perambahan yang terdapat pada habitat tempat hidupnya. Lokasi seperti halnya di kawasan Simau, warga mulai sadar mengenai ancaman ini.
Ambon, burung itu populer disebut dengan nama momoa. Sedangkan untuk di Simau, masyarakat menyebutnya dengan salabia.
Burung Momoa ternyata masih berkerabat dengan maleo. Mereka merupakan kelompok megapoda, yakni burung dengan kaki besar yang memiliki telur besar serta tidak mengerami telurnya.
Kakinya yang besar dipakai untuk mencari makan ataupun untuk menggali sarang. Jenis burung gosong maluku sekilas tubuhnya mirip dengan ayam kampung yang memiliki ukuran tubuh antara 33 sampai dengan 34 cm.
Untuk bulunya berwarna cokelat, tunggingnya berwarna putih, dan untuk bagian kakinya berwarna cokelat kekuningan. Sedangkan untuk anak burung warnanya coklat dengan bagian kaki dan paruh dengan warna hitam.
Burung sepanjang 31 cm ini memiliki ciri-ciri unik. Kulit sekitar burung Gosong berwarna merah muda, tungkai kaki berwarna gelap, paruhnya berwarna kuning keabu-abuan, sedangkan bulu sisi bawahnya berwarna abu-abu gelap.
Habitat burung cantik ini diketahui berada di kawasan pantai di Maluku dan Papua Barat.
Sarang-sarang burung tersebut berada di tempat yang hangat dan terbuka. Burung Gosong biasanya bertelur di malam hari.
Saat ini populasi Burung Gosong mulai langka dan jarang ditemui.
Penyebab utamanya tentu lemahnya sistem perlindungan fauna dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan burung yang setiap tahun semakin langka dan sulit ditemukan ini.
Sarang burung Gosong Maluku pada umumnya ada di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi serta berada di daerah-daerah yang hangat dari panas bumi.
Burung ini berdiam di hutan pada beberapa pulau yang merupakan dalam Kepulauan Maluku, termasuk Halmahera, Meiti, Bacan, Ternate, Buru, Boano, Seram, Ambon serta Haruku.
Jadi burung ini disebut dengan burung endemik di Maluku. Habitat hidupnya merupakan hutan perbukitan serta hutan pegunungan pada umumnya di atas ketinggian 750 m dpl.
Akan tetapi momoa pergi ke pantai berpasir serta semak pesisir untuk pada waktu musim bertelur. Pada pantai itu, burung tersebut menggali lubang serta mengubur telurnya dengan pasir.
Tujuannya supaya panas matahari pada waktu siang hari bisa menghangatkan pasir, jadi telur-telur tersebut bisa menetas. Anak burung yang keluar dari telur langsung dapat mandiri tanpa perlu perawatan induk mereka.