Burung Mandar, Burung Rawa Dengan Pelana Pada Paruhnya

Burung Berpelana Merah Jingga Pada Paruhnya, Mandar (Moorhen) 


Berbagai jenis burung ini, mempunyai paruh yang bervariasi, mulai dari pendek dan lebar hingga panjang dan melengkung. Semua jenis burung ini menggerak-gerakkan kepalanya ke depan dan belakang bila sedang berjalan.
Burung Mandar banyak ditemukan di rawa-rawa dengan tumbuhan air yang lebat. Kaki burung dilengkapi dengan jari-jari yang panjang sebagai adaptasi untuk berjalan di tanah berlumpur yang lunak. Keunikan burung ini terletak pada ornamen paruh serupa pelana berwarna merah jingga yang terletak diantara dua matanya. Burung mandar rata-rata berwarna abu-abu atau coklat dengan bulu bergaris di bagian atas dan belang-belang di bagian bawah. Burung ini memiliki suara yang sangat bervariasi, termasuk suara teriakan, kotekan dan juga kuakan. Lain dengan burung mandar tikusan, yang suka bersembunyi dan berwarna samar, burung mandar pita memiliki daerah hidup lebih luas di seputar daerah Sulawesi, sedangkan mandar belang hanya terdapat di Irian Jaya pada habitat serupa.

Mandar biasa Gallinula chloropus. Sumber: Adrian North, flickr.com.

Mandar biasa Gallinula chloropus termasuk burung omnivora yang memakan tumbuhan air, tikus kecil, amphibia dan telur. Burung ini termasuk dalam suku Rallidae. Jenis-jenis Mandar tersebar luas di dunia. Burung ini berbiak di daerah Siberia dan akan melakukan migrasi ke belahan bumi selatan saat musim dingin.
Burung mandar makan segala jenis makanan, sebagian suka makanan yang bersifat hewani, namun umunya lebih suka makanan yang bersifat nabati. Sarangnya terbuat dari daun alang-alang kering atau tetumbuhan lainnya, serta bersembunyi di antara tetumbuhan lebat di rawa-rawa atau tepian sungai. Mereka umunya hidup berpasangan dan secara bergantian mengerami telurnya, yang jumlahnya sekitar 6-11 butir. 

Menurut seorang praktisi peternakan burung, mandar bisa dibudidayakan dan relatif mudah, budidaya mandar sebenarnya mirip seperti memelihara ayam. Bahkan unggas ini bersifat lebih tahan banting bila dibandingkan dengan ayam. “Kita tak perlu takut kalau-kalau mandar terserang panyakit. Sebab, sifat liarnya membuat burung ini memiliki berdaya tahan tubuh yang baik,”. Induk mandar siap kawin jika sudah berusia 7 – 9 bulan. Mandar jantan memiliki ukuran mahkota yang lebih lebar bila dibandingkan dengan mandar betina. Warna mahkotanya pun lebih merah ketimbang induk betina. Induk mandar yang sehat mampu bertelur sebanyak 8 butir.
Telur Mandar akan menetas setelah dierami selama 21 hari.  Namun ketika cuaca panas, telur mandar biasanya menetas 3 hari lebih cepat.


Blog, Updated at: 20:03:00