Jika Bisa Memaafkan Mengapa Harus Membenci?

Ternyata Membenci Orang Itu Melelahkan

Adalah sangat manusiawi jika seseorang membenci orang lain yang pernah menyakiti hatinya. Tetapi disisi lain jika kita mau memaafkan mereka adalah pilihan yang selalu kita miliki, sekali lagi jika kita mau.

Banyak alasan mengapa kita harus membuang rasa benci dalam hati kita jauh-jauh, berikut ini diantaranya:

Sayang jika membuang energi hanya untuk  membenci orang.

Sadar atau tidak, membenci seseorang itu membutuhkan energi yang sama dengan mencintai. Untuk terus memikirkan orang yang kita benci tersebut hampir tiap waktu, dibutuhkan komitmen yang tak sedikit. Untuk berdoa agar Tuhan menimpakan sesuatu yang buruk padanya, dibutuhkan semangat negatif yang menyala-nyala. Setiap kali kamu bertemu dengannya, kamu perlu menahan diri untuk tidak uring-uringan atau menyumpah-nyumpah. Wajar jika membenci seseorang membuat kita merasa lelah.

Hidup itu kadang sudah cukup melelahkan tanpa membenci orang. Apalagi jika kamu jalani dengan membenci.

Hidup ini singkat. Sekali memejamkan mata, bertambahlah umur kita. Pantaskah menghabiskannya untuk membenci orang lain?

Seberapa banyak waktu yang kamu gunakan untuk membicarakan orang yang kamu benci pada orang lain?
Seringkali kebencian itu juga mengisi sela-sela lamunanmu. Terkadang kita sampai lupa untuk memperhatikan orang orang yang kita cintai karena terlalu sering menggerutu tentang orang yang kita benci. Perhatianmu juga akan terserap untuk mencari alasan bahwa dia memang pantas untuk dibenci. Tak jarang kamu mungkin juga sibuk stalking dia dan berharap dia terkena sial. Padahal, hidup itu terlalu singkat untuk membalas kebaikan orang-orang yang mencintai kita. Kenapa kita harus menghabiskan waktu untuk membenci orang lain?

Karena Rasa Benci Dunia yang luas bisa menjadi sempit, karena kamu ingin menghindari orang yang kamu benci

Secara gak sadar, ketika kita membenci seseorang kita akan lebih memilih menghindarinya. Alasannya? Kita akan merasa tidak nyaman ketika dia ada di dekat kita. Ruang gerakmu pun menjadi terbatas karena ulahmu sendiri. Yang rugi di akhirnya? Kamu sendiri.

Membenci itu membuat dirimu mudah murung.

Membenci seseorang sama seperti memikul sebongkah batu kali di dalam hati. Kebayang ‘kan? Berat dan bikin sesak. Rasa benci yang kamu pupuk, lama-lama bisa mendominasi hatimu. Kamu menjadi lebih mudah marah, lebih sensitif, dan tak jarang tanpa sadar kamu lebih suka menilai negatif orang lain. Ketika kamu melihat dia nongol di timeline medsos kamu jadi sebel, berpapasan dengannya di kantin kamu jadi manyun.

Hidup ini tentang mengembangkan sebanyak mungkin hubungan, bukan berfokus pada satu-dua orang.

Secara gak sadar, kamu juga kehilangan kesempatan untuk hidup damai. Kamu terus saja dibayang-bayangi kebencian itu. Lambat laun sesekali kamu merasakan trauma untuk menjalin hubungan,  ataupun sahabat “kental”. Kamu takut kejadian masa lalu terulang lagi.

Padahal, siapa tahu ini adalah cara Tuhan untuk menyeleksi orang-orang yang baik untuk menemani di hidupmu. Percayalah, Tuhan pasti menyiapkan pengganti yang lebih baik. Kebahagiaanmu harus kamu bangun lagi, karena hidup adalah soal menjalani sebanyak mungkin hubungan — bukan hanya soal satu atau dua orang.

Masih banyak fase hidup di depan yang harus kamu lalui

Fase dalam hidup bukan hanya terdiri dari periode dimana kamu dan dia terlibat dalam hal yang kurang menyenangkan. Masih banyak fase yang harus kamu lalui di depanmu. Memaafkan adalah salah satu cara melepaskan diri dari fase yang kurang menyenangkan, karena jalan yang harus kamu lalui di depan masih panjang.

Setidaknya kalau kita bisa memaafkan, kenapa kita harus tetap membenci? Kalau kita bisa mentoleransi kesalahan orang lain, kenapa kita harus mendendam? Cobalah melupakan rasa sakitmu dengan menyibukkan diri pada hal-hal positif, dan berkumpul dengan orang yang yang mencintai kita. Kamu tidak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk mengurusi orang yang menyakitimu.

Tahukah anda cara membalas dendam yang paling manis? Adalah dengan hidup bahagia

Sumber wa grup


Blog, Updated at: 18:52:00