Manfaat Hijauan Pakan Ternak Bagi Ruminansia dan Pentingnya Padang Penggembalaan

Arti Penting dan Fungsi Pemberian Hijauan Yang Harus Ada Pada Ransum Ternak Ruminansia Serta Manfaat Strategis Padang Penggembalaan

Tidak bisa dipungkiri bahwa hijauan adalah pakan alami terbaik untuk ternak dalam hal keekonomisan harga. Hijauan makanan ternak secara umum lebih sering dibicarakan hanya sebagai bahan pakan sumber serat kasar bagi ternak jenis ruminansia seperti Sapi, Kambing dan Domba. Padahal sejatinya fungsi hijauan jauh lebih banyak daripada hanya sekedar pakan sumber serat kasar. Hijauan pakan ternak secara sederhana merupakan bagian tanaman selain biji-bijian yang dapat dikonsumsi ternak secara aman dan berkelanjutan atau yang dipanen untuk pakan. Istilah hijauan diambil dari penampakan fisik bagian tanaman segar yang berwarna hijau. Istilah hijauan pakan dalam penggunaannya menjadi lebih luas tidak terbatas pada bahan asal tanaman yang segar, namun juga meliputi jerami, bahan asal tanaman yang sudah diawetkan baik kering (hay) maupun awetan basah (silase).


Sepertii diketahui, Hijauan pakan ternak merupakan menu utama bagi ternak ruminansia dengan tingkat konsumsi harian mencapai 70% dari total ransum. Mengapa hijauan pakan ternak demikian penting artinya bagi ternak ruminansia?

Secara teknis, hijauan pakan sangat berperan dalam menjaga kesehatan dan fungsi rumen. Keberadaan serat dalam hijauan pakan (selulosa dan hemiselulosa) menjadi sumber energi bagi mikroba rumen, demikian halnya dengan mineral serta protein (terutama dari legum) merupakan sumber N bagi bakteri dan protein produk.
Penggunaan hijauan pakan sebagai menu utama dalam ransum ternak ruminansia dapat mengurang biaya pakan hingga kurang dari 50%. Sebagai contoh adalah biaya pemeliharaan ternak sapi di Australia dengan menggunakan pakan utama hijauan hanya sekitar $2.8 per minggu sedangkan di pulau Jawa bisa mencapai Rp 80.000 an /minggu dengan mengandalkan pemenuhan nutrien dari konsentrat.

Kerugian dan Masalah Yang Bisa Terjadi Jika Ternak Kekurangan Hijauan

Ketersediaan hijauan pakan dalam ransum ruminansia mutlak diperlukan. Banyak hal negatif yang bisa terjadi dan bisa menjadi masalah besar jika ketersediaan hijauan tidak mencukupi. Apa saja masalah yang bisa timbul dan kerugian akibat kekurangan hijauan?

Kekurangan hijauan pakan di beberapa peternakan sapi perah:
  • Menyebabkan: umur produktif lebih pendek, dari 6-7 tahun menjadi sekitar 3-4 tahun. 
  • Beberapa induk sapi mengalami kegagalan reproduksi larena penimbunan lemak pada sistem reproduksi akibat peningkatan jumlah konsentrat dalam ransum. 
  • Peningkatan biaya investasi pada usaha sapi perah untuk penggantian ternak.
Manfaat HMT dan Produksi Susu. Hijauan pakan memiliki peran penting dalam menjaga mutu produk ternak melalui kandungan beta caroten, vitamin E, tanin, saponin, xantofil dan senyawa sekunder lain yang memiliki efek herbal, anti oksidan atau anti kualitas yang bermanfaat sebagai pakan fungsional. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ternak ruminansia yang mengkonsumsi hijauan lebih tinggi menghasilkan kandungan conjugated linole acid (CLA) pada daging dan asam lemak pada susu lebih tinggi serta trans fatty acid (TFA) susu lebih rendah sehingga produk lebih sehat untuk dikonsumsi.

Perlunya Pengembangan Padang Penggembalaan Sebagai Upaya Pemeliharaan Ternak Ruminansia yang Paling Efisien

Manfaat Strategis Padang Penggembalaan. Pemeliharaan ternak secara extensif di padang penggembalaan merupakan sistem pemeliharaan paling efisien dalam sistem produksi peternakan. Luas padang penggembalaan di Indonesia hanya sekitar 2.1 juta ha jauh dibawah Australia (99.96 juta ha) atau Mongolia (88.73 juta ha). Luasan padang penggembalaan ini menurun dibandingkan pada jaman Belanda yang mengharuskan setiap desa memiliki padang penggembalaan. Penyusutan juga terjadi secara alami melalui reforestasi di beberapa daerah, invasi gulma, dan bencana alam maupun konversi lahan untuk pemukiman dan industri.
Kuncinya revitalisasi padang penggembalaan nasional harus segera dilakukan sebagaimana tertera dalam UU no. 18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan.

Jika kita menengok ke bagian timur Indonesia, terutama didaerah NTT dan NTB masih banyak ditemukan area penggembalaan sapi yang sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi. Memang kendala utama area padang penggembalaan didaerah tersebut adalah apabila tiba musim kemarau, rumput akan mengering sehingga ternak membutuhkan pakan tambahan yang biasanya oleh masyarakat setempat hanya diberi pakan jerami kering. Akibatnya kualitas ternak sapi yang dihasilkan juga tidak maksimal. Sapi yang siap panen kondisi fisiknya masih kurus-kurus meskipun secara umur sudah siap potong seperti sapi yang diangkut menggunakan kapal sapi ke Jakarta yang saat akan dijual ternyata pedagang sapinya jarang yang mau dan mengeluhkan kondisi sapinya yang terlalu kurus.

Jadi, ternyata manfaat hijauan pakan ternak memang sangat vital bagi ternak ruminansia, bukti nyatanya adalah ternak yang dipelihara dipadang penggembalaan yang bagus akan menjadi model pemeliharaan yang paling efisien dari segi biaya pakan contoh kasusnya adalah pemeliharaan sapi di Australia yang berkembang demikian pesat hanya dengan mengandalkan padang penggembalaan.

Macam-Macam Jenis Rumput Di Indonesia Yang Bisa Dimanfaatkan dan Dikembangkan Sebagai Hijauan Makanan Ternak (HMT)

Jenis-jenis Rumput. Rumput di Indonesia sebagian besar termasuk dalam sub-famili Panicoideae, selanjutnya yang cukup banyak adalah sub-famili Bambusoideae dan Chloridoideae . Sub-famili lainnya adalah Aristidoideae, Arundinoideae dan Centothecoideae dengan spesies relatif sedikit. Berdasarkan kajian koleksi herbarium LIPI (Setiana, 2014) terdapat 1044 spesies/sub-spesies/varietas rumput (termasuk 153 jenis dari sub-famili Bambuseae) yang ada di Indonesia atau 11,7% dari jenis yang ada di dunia. Jumlah ini merupakan obyek penelitian dan pengembangan hijauan pakan yang sangat penting baik sebagai individu tumbuhan maupun secara kesatuan dalam suatu ekosistem.

Rumput Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke termasuk di dalamnya Semenanjung Melayu, kepulauan Philipina dan Papua Nugini. Hampir di semua tempat ditemukan rumput domestik dengan berbagai ragamnya sesuai dengan keragaman klimatik, edafik, biotik dan ketinggian. Pertumbuhan berbagai jenis rumput sangat tergantung pada toleransi adaptasi rumput terhadap keragaman lingkungan Indonesia sangat bervariasi. Hal ini merupakan bagian potensi besar rumput untuk diteliti dan dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak.

Jenis rumput yang sangat lebar toleransinya dapat ditemui di hampir setiap tempat, dari tepi pantai sampai pegunungan. Jenis rumput tersebut antara lain Cynodon dactylon (L.) Pers., Eleusine indica (L.) Gaert., Panicum repens L. dan Eragrostis amabilis (L.) Wight & Arnott ex Nees. Sedangkan jenis rumput yang memiliki toleransi adaptasi yang rendah hanya dapat ditemui pada area yang sangat terbatas. Misalnya Pseudoraphis spinescens (R. Br.) Vickery, hanya dapat ditemui di ketinggian lebih dari 1000 dpl dan air tergenang. Rumput ini di temukan di Situ Patenggang, Ciwideuy, Bandung Selatan.

Di Danau Panggang di Pulau Kalimantan, padihiang (Oryza rufipogon Griffith) dan udul-udul (Hymenachne amplexicaulis (Rudge) Nees) merupakan makanan utama kerbau rawa. Di daerah ini pula ditemui Cynodon dactylon yang berperan penting sebagai hijauan pakan bagi kerbau saat musim kemarau. Rumput tersebut tumbuh di tepian hutan sebagai pakan bagi induk dan anak yang belum lepas sapih. Menurut kearifan lokal, rumput Cynodon dactylon (L.) Pers. dapat meningkatkan produksi susu induk. Hal ini menunjukkan adanya peran rumput lebih dari sebagai sumber energi bagi ternak, dimungkinkan sebagai sumber mineral dan vitamin.
Sepanjang pesisir yang berkadar garam tinggi ditemukan cukup banyak jenis rumput, bahkan dapat tumbuh di tepi pantai, bersentuhan langsung dengan air laut. Lepturus repens (G. Fort.) R. Br., Thuarea involuta (G. Forst.) R. Br. ex Sm., Ischaemum muticum L., Panicum repens L. dan Spinifex littoreus (Burm. F.) Merr. banyak ditemui di pantai berpasir. Beberapa jenis rumput yang tumbuh di area pantai dengan kondisi dekat daratan antara lain Chloris barbata Swartz., Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. dan Zoysia matrella (L.) Merr..
Pada area hutan yang lembab dan naungan tinggi biasanya ditemukan rumput berdaun lebar antara lain Centotheca lappacea (L.) Desv., Setaria palmifolia (Koenig.) Stapf., Pseudechinolaena polystachya (Kunth.) Stapf., Oplismenus burmannii (Retz.) P. Beauv. dan berbagai jenis bambu. Area terbuka dengan cahaya matahari penuh, curah hujan relatif rendah dan tanah yang kering merupakan habitat ideal bagi sebagian besar rumput. Kondisi seperti ini banyak ditemui di daerah Timur Indonesia, terutama NTT, NTB, Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Rumput Pennisetum macrostachyum Benth., Pennisetum polystachyon (L.) Schultes dan Imperata cylindrica (L.) P. Beauv.


Blog, Updated at: 21:31:00